Waktu si kantong sudah selesai тАж memakan тАж pembelian yang susah payah didapatnya, Harry bersumpah dia mendengar suara sendawa kecil sesudahnya. Itu haruslah sesuatu yang dimantrakan dengan sengaja. Hipotesis alternatifnya terlalu menakutkan untuk dipikirkan тАж bahkan Harry tidak bisa memikirkan hipotesis alternatif lainnya. Harry melihat lagi ke Profesor, saat mereka sekali lagi berjalan melewati Diagon Alley. “Kemana lagi sekarang?”

Profesor McGonagall menunjuk ke satu toko yang terlihat seperti terbuat dari daging bukannya bata dan ditutupi bulu bukannya cat tembok. “Hewan peliharaan kecil diizinkan dalam HogwartsтАУkamu bisa membeli burung hantu untuk mengirim surat, misalnyaтАУ”

“Bisakah aku membayar Knut atau bagaimana dan menyewa satu burung hantu waktu aku ingin mengirim surat?”

“Ya,” kata Profesor McGonagall.

“Kalau begitu aku pikir secara empatis tidak.”

Profesor McGonagall mengangguk, seperti sedang menandai satu poin. “Boleh aku bertanya kenapa tidak?”

“Aku pernah satu kali memelihara batu. Dia mati.”

“Kamu berpikir tak mampu merawat binatang peliharaan?”

“Aku mampu,” kata Harry, “tapi aku akan jadi obsesif sepanjang hari tentang apakah aku ingat untuk memberinya makan di hari itu atau apakah dia perlahan kelaparan di kandangnya, bertanya-tanya di mana majikannya berada dan kenapa tidak ada makanan.”

“Burung hantu malang,” si penyihir dewasa berkata dalam suara lembut. “Ditinggalkan begitu saja. Aku penasaran apa yang akan dia lakukan.”

“Yah, aku kira dia akan jadi benar-benar lapar dan mulai mencoba mencakar jalannya keluar dari sangkarnya atau kotak atau apapun, walau dia mungkin tidak akan terlalu beruntung dengan ituтАУ“Harry tiba-tiba berhenti.

Si penyihir terus melanjutkan, masih dalam suara lembut. “Dan apa yang akan terjadi selanjutnya?”

“Maaf,” kata Harry, dan dia menggapai dan membawa Profesor McGonagall dengan tangan, lembut tapi tegas, dan menariknya ke dalam lorong lain; setelah menghindari sebegitu banyak pengucap-selamat prosesnya sudah hampir tak terasa jadi kebiasaan. “Tolong lemparkan mantra peredam suara itu.”

“Quietus.”

Suara Harry bergetar. “Burung hantu itu tidak menggambarkan diriku, orangtuaku tidak pernah mengunciku dalam lemari dan meninggalkanku kelaparan, aku tidak punya ketakutan ditinggalkan dan aku tidak suka jalur pikiranmu, Profesor McGonagall!”

Si penyihir melihat ke bawah padanya dengan muram.“Dan pikiran macam apa itu, Tn. Potter?”

“Kamu pikir kalau aku,” Harry punya kesulitan mengucapkannya, “Kalau aku dianiaya?”

“Benarkah itu?”

“Tidak!” Harry berteriak. “Tidak, aku tak pernah dianiaya! Kamu pikir aku bodoh? Aku tahu tentang konsep pelecehan anak, aku tahu tentang sentuhan yang tak pantas dan semua itu dan kalau ada yang seperti itu terjadi aku akan memanggil polisi! Dan melaporkannya pada guruku! Dan mencari layanan sosial dari buku telepon! Dan memberitahu Kakek dan Nenek dan Ny. Figg! Tapi orangtuaku tak pernah melakukan sesuatu yang seperti itu, tidak akan pernah! Berani benar kamu memberi kesan macam itu!

Si penyihir dewasa memandangnya tegap. “Sudah jadi tugasku sebagai Wakil Kepala Sekolah untuk menyelidiki tanda-tanda kemungkinan penganiayaan anak-anak yang berada di bawah asuhanku.”

Kemarahan Harry sudah melonjak tak terkontrol jadi kemurkaan hitam, murni. “Jangan pernah kamu berani menghembuskan satu katapun tentang ini, tentang gagasan ini pada orang lain! Tak seorangpun, kamu dengar, McGonagall? Tuduhan semacam itu bisa merusak orang dan menghancurkan keluarga bahkan biarpun orangtuanya memang benar-benar tak bersalah! Aku sudah membaca cerita macam itu di koran!” Suara Harry sudah menanjak jadi teriakan bernada tinggi. “Sistem tak tahu begaimana menghentikannya, sistem tak mempercayai orangtua ataupun si anak waktu mereka mengatakan bahwa tak terjadi apa-apa! Jangan pernah kamu berani mengancam keluargaku seperti itu! Aku tak akan membiarkanmu menghancurkan rumahku!”

“Harry,” kata si penyihir dewasa dengan lembut, dan kemudian mengulurkan tangan padanyaтАУ

Harry mengambil langkah mundur cepat, dan tangannya tersentak dan menyingkirkan tangan si penyihir.

McGonagall terpaku, lalu dia menarik lagi tangannya, dan mengambil langkah mundur. “Harry, tidak apa-apa,” katanya. “Aku mempercayaimu.”

“Benarkah,” desis Harry. Kemurkaannya masih mendidih dalam darahnya. “Atau kamu cuma menunggu waktu berpisah denganku supaya bisa membuat laporan pengaduan?”

“Harry, aku sudah lihat rumahmu. Aku sudah lihat kamu dengan orangtuamu. Mereka mencintaimu. Kamu mencintai mereka. Aku benar-benar mempercayaimu waktu kamu berkata bahwa orangtuamu tak menganiaya kamu. Tapi aku harus bertanya, karena ada sesuatu yang aneh sedang berlangsung di sini.”

Harry memandangnya dingin. “Seperti apa?”

“Harry, aku sudah melihat banyak anak-anak teraniaya dalam waktuku di Hogwarts, akan menghancurkan hatimu kalau kamu tahu seberapa banyak. Dan, waktu kamu bahagia, kamu tidak berlaku seperti anak-anak itu, tidak sama sekali. Kamu tersenyum pada orang asing, kamu memeluk orang-orang, aku memegang pundakmu dan kamu tidak tersentak. Walau terkadang, cuma terkadang, kamu berkata atau melakukan sesuatu yang benar- benar terlihat seperti тАж seseorang yang menghabiskan sebelas tahun pertama waktu hidup mereka terkunci dalam gudang. Bukan seperti keluarga bahagia yang aku lihat kemarin.” Profesor McGonagall memiringkan kepalanya, ekspresinya semakin bertambah bingung.

Harry meresapi perkataan tadi, memprosesnya. Murka hitam mulai menyurut hilang, seiring dia sadar bahwa dia sudah didengarkan dengan hormat, dan keluarganya tidak dalam bahaya.

“Dan bagaimana kamu menjelaskan pengamatanmu, Profesor McGonagall?”

Добавить отзыв
ВСЕ ОТЗЫВЫ О КНИГЕ В ИЗБРАННОЕ

0

Вы можете отметить интересные вам фрагменты текста, которые будут доступны по уникальной ссылке в адресной строке браузера.

Отметить Добавить цитату