memutari tangga spiral, pintu kayu, dan ruangan penuh barang kecil remeh, dan sosok berjanggut perak dari sang Kepala Sekolah.

Kali ini, Dumbledore terlihat cukup serius, senyuman biasanya tak hadir; dan dia memakai piyama yang berwarna ungu lebih gelap dan lebih waras daripada biasanya.

“Terima kasih kamu sudah datang, Harry,” kata sang Kepala Sekolah. Si penyihir tua bangkit dari tahtanya, mulai dengan perlahan berjalan di sekitar ruangan dan peralatan-peralatan aneh. “Pertama, apakah kau membawa catatan dari pertemuan dengan Lucius Malfoy kemarin?”

“Catatan?” sembur Harry.

“Tentunya kau sudah mencatatnya тАж .” kata si penyihir, dan suaranya memanjang.

Harry merasa cukup malu. Ya, jika kamu baru saja meraba-raba melalui suatu percakapan misterius penuh petunjuk-petunjuk signifikan yang tak kau pahami, hal paling jelas untuk dilakukan adalah untuk menuliskan semuanya secepat mungkin setelahnya, sebelum ingatan itu memudar, jadi kau bisa mencoba mencari tahu artinya suatu saat nanti.

“Baiklah,” kata si Kepala Sekolah, “dari ingatan kalau begitu.”

Harry dengan malu-malu menceritakan sebaik yang dia bisa, dan sampai hampir setengah jalan sebelum dia menyadari bahwa bukanlah sesuatu yang pintar untuk sekadar berkeliling memberi tahu segalanya kepada Kepala Sekolah yang mungkin gila, paling tidak tanpa memikirkan tentangnya terlebih dulu, tapi kemudian Lucius jelas- jelas adalah orang jahat dan musuh Dumbledore jadi mungkin memang suatu ide bagus untuk memberitahunya, dan Harry sudah mulai berbicara dan sudah terlambat untuk mulai mengkalkulasi semuanya sekarang тАж .

Harry menyelesaikan mengingat kembalinya dengan jujur.

Wajah Dumbledore makin bertambah jauh saat Harry melanjutkan, dan pada akhirnya ada pandangan yang terlihat sangat kuno tentangnya, suatu ketajaman di udara.

“Yah,” kata Dumbledore. “Aku sarankan untukmu benar-benar menjaga supaya sang pewaris Malfoy tidak terluka, kalau begitu. Dan aku akan melakukan hal yang sama.” Sang Kepala Sekolah mengerutkan dahi, jari- jarinya menabuh tanpa suara melalui permukan hitam tinta dari lempengan bertuliskan kata Leliel. “Dan aku pikir akan amat sangat bijak untukmu menghindari segala interaksi dengan Lord Malfoy untuk selanjutnya.”

“Apakah kau menghadang burung hantunya yang dikirim kepadaku?” kata Harry.

Sang Kepala Sekolah memandang Harry untuk saat yang lama, kemudian dengan enggan mengangguk.

Untuk suatu alasan Harry tak merasa semurka yang harusnya dia rasakan. Mungkin adalah karena Harry menemukan dalam keadaan ini sangat mudah untuk menaruh simpati pada sudut pandang sang Kepala Sekolah saat ini. Bahkan Harry bisa memahami kenapa Dumbledore tak menginginkannya untuk berinteraksi dengan Lucius Malfoy; itu tak terlihat seperti suatu tindakan jahat.

Bukan seperti si Kepala Sekolah yang memeras Zabini тАж yang mana mereka hanya memiliki kata-kata Zabini, dan Zabini terlalu tak bisa dipercaya, bahkan adalah sukar untuk melihat kenapa Zabini tidak langsung saja menceritakan cerita yang akan membuatnya memperoleh simpati paling banyak dari Profesor Quirrell тАж .

“Bagaimana jika, bukannya memprotes, aku akan berkata kalau aku memahami sudut pandangmu,” kata Harry, “dan kau terus menghadang burung hantu yang dikirim untukku, tapi kau katakan padaku dari siapa?”

“Aku sudah menghadang banyak sekali burung hantu yang ditujukan padamu, aku takutnya,” kata Dumbledore dengan serius, Harry, dan kau akan menerima puluhan surat sehari, beberapa berasal jauh dari luar negara ini, bagaimana aku tak mengembalikan mereka.”

“Itu,” kata Harry, sekarang mulai merasa sedikit terhina, “sepertinya sedikit keterlaluanтАУ”

“Banyak dari surat-surat itu,” kata si penyihir tua dengan tenang, “akan meminta atasmu hal-hal yang tak bisa kamu berikan. Aku tak membacanya, tentu saja, hanya mengembalikan mereka pada para pengirimnya tak terkirim. Tapi aku tahu, karena aku menerimanya juga. Dan kau terlalu muda, Harry, untuk merasakan hatimu hancur enam kali sebelum sarapan tiap pagi.”

Harry melihat ke bawah ke sepatunya. Dia harusnya bersikeras untuk membaca surat-surat itu dan menilainya sendiri, tapi тАж ada suatu suara kecil akal sehat di dalamnya, dan itu berteriak amat sangat keras sekarang.

“Terima kasih,” gumam Harry.

“Alasan lain yang karenanya aku memintamu kemari,” kata si penyihir tua, “adalah bahwa aku berharap untuk berkonsultasi dengan jenius unikmu.”

“Transfigurasi?” kata Harry, terkejut dan gembira.

“Tidak, bukan jenius unik itu,” kata Dumbledore. “Beri tahu aku, Harry, kejahatan apa yang bisa kamu buat jika satu Dementor diizinkan ke dalam tanah Hogwarts?”

*

Berkembang bahwa Profesor Quirrell sudah meminta, atau mungkin menuntut, bahwa para muridnya menguji keahlian mereka melawan Dementor yang sebenarnya setelah mereka belajar kata-kata dan gerakan tangan untuk Mantra Patronus.

“Profesor Quirrell sendiri tak bisa melemparkan Mantra Patronus,” kata Dumbledore, saat dia mondar-mandir perlahan melewati peralatan-peralatan. “Yang tak pernah merupakan pertanda baik. Tapi kemudian, dia menawarkan fakta itu padaku dalam jalur menuntut bahwa instruktur luar dibawa masuk untuk mengajarkan Mantra Patronus pada tiap murid yang ingin belajar; dia menawarkan untuk membayar biayanya sendiri, jika bukan aku. Ini mengesankanku dengan sangat. Tapi sekarang dia bersikeras untuk membawa masuk satu DementorтАУ”

“Kepala Sekolah,” kata Harry dengan perlahan, “Quirrell benar-benar sangat menaruh kepercayaan dalam pengujian nyata di bawah kondisi perang realistis. Ingin membawa satu Dementor nyata adalah benar-benar sesuai karakter untuk dia.”

Sekarang sang Kepala Sekolah memberi Harry satu pandangan aneh.

“Sesuai karakter?” kata si penyihir tua.

“Maksudku,” kata Harry, “adalah benar-benar konsistern dengan cara Profesor Quirrell biasanya bertindak тАж

Добавить отзыв
ВСЕ ОТЗЫВЫ О КНИГЕ В ИЗБРАННОЕ

0

Вы можете отметить интересные вам фрагменты текста, которые будут доступны по уникальной ссылке в адресной строке браузера.

Отметить Добавить цитату