“Ah тАж .” kata si wanita. Dia mengangkat tangan dan menunjuk pada dinding di antara peron. “Tinggal berjalan lurus ke pemisah antara platform sembilan dan sepuluh. Jangan berhenti dan jangan takut kamu akan menabraknya, itu sangatlah penting. Lebih baik kamu melakukannya dengan berlari kalau kamu gugup.”
“Dan apapun yang kamu lakukan, jangan memikirkan gajah.”
“George! Jangan hiraukan dia, Harry sayang, tak ada alasan untuk tidak memikirkan gajah.”
“Aku Fred, Mum, bukan GeorgeтАУ”
“Terima kasih!” Kata Harry dan mulai lari menuju pembatasтАУ
tunggu dulu, itu tak akan bekerja kecuali dia mempercayainya?
Adalah di waktu seperti ini Harry membenci pikirannya karena mampu bekerja cukup cepat untuk menyadari kasus di mana “resonansi keraguan” berlaku, yaitu, kalau dia mulai berpikir bahwa dia bisa menembus tembok dia akan baik-baik saja, hanya sekarang dia cemas tentang apakah dia cukup percaya dia bisa menembus tembok, yang artinya bahwa dia sebenarnya memang cemas tentang menabraknyaтАУ
“Harry! Kembali ke sini, kamu harus memberi beberapa penjelasan!” Itu adalah Dad.
Harry menutup matanya dan mengabaikan semua yang ia tahu tentang kredibilitas yang dibenarkan dan hanya mencoba sebegitu keras untuk percaya bahwa dia akan masuk menembus dinding danтАУ
тАУsuara-suara di sekitarnya berubah.
Harry membuka matanya dan tersandung sampai berhenti, merasa sedikit kotor karena harus memaksa dirinya sendiri untuk percaya pada sesuatu.
Dia sedang berdiri dalam peron terang, terbuka di sebelah satu kereta besar, empat belas gerbong panjang dipimpin oleh mesin uap metal besar dengan cerobong tinggi yang menjanjikan kematian bagi kualitas udara. Peron tersebut sudah sedikit ramai (walaupun Harry lebih awal sejam penuh); puluhan anak-anak dan orangtua mereka mengerumuni kursi-kursi, meja-meja, penjaja dan kios.
Tak perlu dikatakan bahwa tidak ada tempat seperti itu di Stasiun King’s Cross dan tak ada ruang untuk menyembunyikannya.
Oke, jadi antara (a) aku baru saja diteleportasi ke tempat yang sama sekali berbeda (b) mereka bisa melipat ruang dengan sangat mudah atau (c) mereka cuma mengabaikan semua hukum alam.
Ada suara merayap di belakangnya, dan Harry berputar untuk melihat bahwa kopernya memang sedang mengikutinya dengan tentakel kecil berkukunya. Ternyata, untuk tujuan sihir, bagasinya juga berhasil untuk percaya dalam kekuatan yang cukup supaya bisa menembus dinding. Itu sebenarnya cukup mengganggu waktu Harry pikir lagi.
Sesaat kemudian, bocah rambut merah yang sepertinya paling muda masuk dari gapura besi (gapura besi?) sambil berlari, menarik kopernya di belakang dengan tali dan nyaris menabrak Harry. Harry, merasa bodoh karena masih berada di situ, dengan cepat mulai bergerak dari daerah pendaratan, dan si bocah rambut merah mengikuti dia, menarik keras pegangan kopernya supaya bisa menyusul. Sesaat kemudian, burung hantu putih melayang melewati gerbang dan bertengger di pundak si bocah.
“Cor,” kata si bocah rambut merah, “apa kamu benar-benar Harry Potter?”
Lagi-lagi ini. “Aku tak punya cara logis untuk mengetahui secara pasti. Orangtuaku membesarkan aku dan membuatku percaya kalau namaku adalah Harry James Potter-Evans-Verres, dan banyak orang sudah mengatakan kalau aku terlihat seperti orangtuaku, maksudku orangtuaku yang lain, tapi,” Harry mengerutkan dahi, menyadari, “sejauh yang aku tahu, banyak kemungkinan adanya mantra untuk mem-polymorph seorang anak untuk memiliki penampilan yang dikehendakiтФА”
“Er, apa, kawan?”
Tidak ditakdirkan untuk Ravenclaw, aku lihat. “Ya, aku Harry Potter.”
“Aku Ron Weasley,“kata si anak tinggi kurus dengan wajah berbintik dan hidung panjang, dan menyodorkan tangan, yang Harry dengan sopan jabat saat mereka berjalan. Si burung hantu memberi lolongan yang sopan dan terukur aneh (sebenarnya lebih mirip suara eehhhhh, yang mengejutkan Harry).
Di titik ini Harry menyadari potensi malapetaka yang mendekat. “Tunggu sebentar,” katanya pada Ron, dan membuka salah satu laci kopernya, laci yang kalau dia tidak salah ingat dikhususkan untuk Pakaian Musim DinginтФАmemang benarтФАdan kemudian dia menemukan scarf paling ringan yang dia punya, di bawah mantel musim dinginnya. Harry melepas sweatband-nya, dan secepatnya membuka scarf dan melilitkannya menutupi wajah. Mamang sedikit panas, khususnya di musim panas, tapi Harry masih bisa menahan itu.
Kemudian dia menutup laci itu dan menarik laci lain dan mengeluarkan jubah penyihir hitam, yang dia pakai menutupi kepalanya, sekarang waktu dia sudah di luar wilayah Muggle.
“Nah,” kata Harry. Suaranya terdengar sedikit teredam dengan seluruh scarf di wajahnya. Dia berbalik menghadap Ron. “Bagaimana penampilanku? Bodoh, aku tahu, tapi apakah aku masih bisa dikenali sebagai Harry Potter?”
“Er,” kata Ron. Dia menutup mulutnya, yang sedari tadi terus terbuka. “Tak terlalu, Harry.”
“Bagus sekali,” kata Harry. “Tapi, supaya jangan sampai seluruh usaha tadi terbuang percuma, mulai dari sekarang kamu akan menyebutku dengan panggilan,” Verres mungkin tak akan berguna sekarang, “Tn. Spoo.”
“Oke, Harry,” kata Ron tak yakin.
The Force tidak begitu kuat di dalam yang satu ini. “Panggil тАж aku тАж Tuan тАж Spoo.”
“Oke, Tuan SpooтФА” Ron berhenti. “Aku tak bisa melakukannya, itu membuatku marasa bodoh.”
Itu bukan cuma perasaan saja. “Oke. Kamu pilih satu nama.”
“Tn. Cannon,” kata Ron seketika. “Untuk Chudley Cannons.”
“Ah тАж .” Harry tahu dia akan menyesal karena menanyakan ini. “Siapa atau apa itu Chudley Cannons?”
“Siapa itu Chudley Cannons? Cuma tim paling cemerlang dalam seluruh sejarah Quidditch! Memang, mereka