terasa hangat. Lagi.
Harry merasa sangat, sangat dicurangi.
Ada ratusan novel fantasi bertebaran di rumah Keluarga Verres. Harry sudah baca cukup banyak. Dan saat ini mulai terlihat kalau sepertinya dia memiliki sisi gelap. Jadi setelah gelas air itu menolak untuk bekerja sama beberapa kali pertama, Harry memandang ke sekitar dalam ruang kelas Mantra untuk memastikan tak ada yang melihat, dan kemudian mengambil napas panjang, berkonsentrasi, dan membuat dirinya sendiri marah. Memikirkan tentang para Slytherin yang menindas Neville, dan tentang permainan di mana seseorang memukul buku-bukumu tiap kali kamu mencoba mengambilnya lagi. Memikirkan tentang apa yang Draco Malfoy katakan tentang gadis Lovegood berumur sepuluh tahun itu dan bagaimana cara kerja sebenarnya dari Wizengamot тАж .
Dan kemurkaan mulai memasuki darahnya, dia mengulurkan tongkat sihir dalam tangan yang gemetar dengan kebencian dan berkata dalam nada dingin “Frigideiro!” dan tak ada apa pun yang terjadi.
Harry sudah ditipu. Dia ingin menulis kepada seseorang dan meminta pembayaran kembali atas sisi gelapnya yang jelas-jelas seharusnya memiliki kekuatan magis tak tertahankan namun ternyata malah cacat.
“Frigideiro!” kata Hermione lagi dari meja di sebelahnya. Airnya sekarang sudah menjadi es padat dan ada kristal putih terbentuk di pinggiran gelasnya. Dia sepertinya benar-benar memperhatikan karyanya sendiri dan sama sekali tak sadar pada murid-murid lain yang memandangnya dengan mata penuh kebencian, yang merupakan antara (a) sebegitu tak menyadarinya dia atau (b) satu performa yang sudah dengan sempurna ditempa hingga naik sampai menjadi suatu karya seni.
“Oh, sangat bagus, Miss Granger!” seru Filius Flitwick, Profesor Mantra dan Kepala Asrama Ravenclaw, pria kecil mungil yang tak memiliki tanda-tanda yang terlihat atas juara duel di masa lampau. “Luar biasa! Menakjubkan!”
Harry sudah mengharapkan untuk menjadi, dalam keadaan terburuk, kedua di belakang Hermione. Harry jelas lebih memilih untuk Hermione menjadi rivalnya, tentu saja, namun dia juga bisa terima kalau keadaannya terbalik.
Sejak Senin, Harry sedang menuju peringkat bawah kelas, satu posisi di mana dia menemani merivali semua murid yang dibesarkan Muggle kecuali Hermione. Yang cuma sendiri dan tanpa rival di puncak atas, anak malang.
Profesor Flitwick berdiri di seberang meja dari salah satu Muggleborn lain dan dengan tenang memperbaiki caranya memegang tongkat sihir.
Harry melihat ke arah Hermione. Dia menelan keras. Itu adalah peran yang jelas untuknya dalam skema situasi ini тАж . “Hermione?” kata Harry coba-coba. “Apa kamu tahu apa yang mungkin aku salah lakukan?”
Mata Hermione menyala dengan cahaya mengerikan dari keinginannya membantu dan sesuatu di belakang pikiran Harry berteriak dalam perasaan hina tanpa harap.
Lima menit kemudian, air Harry memang menjadi terasa lebih dingin dari temperatur kamar dan Hermione sudah memberinya beberapa tepukan verbal di kepala dan menyuruhnya untuk melafalkan dengan lebih hati-hati lain kali dan pergi untuk menolong yang lain.
Profesor Flitwick memberinya satu poin Asrama karena membantu Harry.
Harry mengertakkan giginya sebegitu keras rahangnya nyeri dan itu tak membantu pelafalannya.
Aku tak peduli kalau ini adalah kompetisi tak adil. Aku tahu persis apa yang akan aku lakukan dengan dua jam tambahan tiap hari. Aku akan duduk di koperku dan belajar sampai aku mengimbangi Hermione Granger.
“Transfigurasi adalah sihir paling kompleks dan berbahaya yang akan kalian pelajari di Hogwart,” kata Profesor McGonagall. Tak ada sedikit pun tanda-tanda kesembronoan di atas wajah tegas penyihir tua itu. “Siapa pun macam-macam dalam kelasku akan pergi dan tak kembali lagi. Kalian sudah diperingatkan.”
Tongkat sihirnya turun dan mengetuk mejanya, yang dengan halus membentuk dirinya jadi satu babi. Beberapa murid Muggleborn mengeluarkan pekikan kecil. Si babi melihat ke sekeliling dan mendengus, terlihat seolah bingung, dan kemudian berubah menjadi meja lagi.
Sang Profesor Transfigurasi melihat ke seluruh kelas, dan kemudian matanya mendarat pada seorang murid.
“Tn. Potter,” kata Profesor McGonagall. “Kau baru menerima buku-buku sekolahmu hanya beberapa hari lalu. Apakah kamu sudah membaca buku Transfigurasi milikmu?”
“Belum, maaf profesor,” kata Harry.
“Kau tak perlu meminta maaf, Tn. Potter, kalau kamu diharuskan untuk membaca terlebih dulu kamu akan diberitahu akan hal itu.” Jari-jari McGonagall mengetuk meja yang ada di depannya. “Tn. Potter, maukah kau menebak apakah ini adalah meja yang dikenai Transfigurasi menjadi babi, atau ini awalnya adalah seekor babi dan aku semantara waktu menghilangkan Transfigurasinya? Kalau kamu sudah membaca bab pertama dari bukumu, kamu akan tahu.”
Alis Harry berkerut sedikit. “Aku kira akan lebih mudah untuk memulai dengan babi, karena jika itu mulanya adalah meja, benda itu mungkin tak tahu bagaimana caranya berdiri.”
Profesor McGonagall menggelengkan kepalanya. “Tidak menyalahkanmu, Tn. Potter, namun jawaban yang benar adalah bahwa dalam Transfigurasi kamu tidak mau menebak. Jawaban salah akan dinilai dengan sebegitu keras, pertanyaan yang dibiarkan kosong akan dinilai dengan kelonggaran besar. Kau harus belajar untuk mengetahui apa yang kamu tak tahu. Kalau aku bertanya padamu pertanyaan apa pun, tak peduli seberapa jelas atau mendasarnya pertanyaan itu, dan kamu menjawab ‘aku tak yakin’, aku tak akan menyalahkanmu dan siapa pun yang menertawakanmu akan kehilangan poin Asrama. Bisakah kamu menjelaskan kenapa ada aturan semacam ini, Tn. Potter?”
Karena satu kesalahan dalam proses Transfigurasi bisa sangat berbahaya. “Tidak.”
“Benar. Transfigurasi lebih berbahaya dari Apparition, yang tidak akan diajarkan sampai tahun keenam kalian. Sayangnya, Transfigurasi harus dipelajari dan dilatih di masa muda untuk memaksimalkan kemampuan kalian saat dewasa. Jadi ini adalah subjek yang berbahaya, dan kalian seharusnya merasa cukup takut membuat kesalahan apa pun, karena tak ada dari murid-muridku yang pernah terluka permanen dan aku akan benar-benar disusahkan kalau kalian adalah kelas pertama yang merusak rekorku.”