“Kami harap kalau itu akan menghiburmu setelahnya,” George menyelesaikan.
Harry menelan gigitan terakhir irisannya dan berbalik. “Baiklah,” kata Harry. “Aku tidak akan menanyakan hal ini setelah Profesor Binns, aku benar-benar tidak, tapi jika Profesor Snape memang seburuk itu kenapa dia belum dipecat?”
“Dipecat?” kata Fred.
“Maksudmu, dibiarkan pergi?” kata George.
“Ya,” kata Harry. “Itulah yang kamu lakukan pada guru-guru yang buruk. Kamu memecat mereka. Kemudian kamu pekerjakan guru yang lebih baik sebagai gantinya. Kalian tidak memiliki serikat pekerja atau masa jabatan di sini, benar?”
Fred dan George sedang mengerutkan dahi dalam cara yang sama seperti tetua suku pemburu-peramu akan kerutkan dahi jika kamu mencoba memberitahu mereka tentang kalkulus.
“Aku tak tahu,” kata Fred setelah beberapa saat. “Aku tak pernah memikirkan tentang itu.”
“Aku juga,” kata George.
“Yeah,” kata Harry, “aku sudah sering mendengarnya. Sampai bertemu saat makan siang, guys, dan jangan salahkan aku kalau nanti tidak ada satu pun lilin di roti itu.”
Fred dan George berdua tertawa, seolah Harry sudah mengatakan sesuatu yang lucu, dan membungkuk padanya dan kembali lagi ke arah Gryffindor.
Harry berbalik lagi ke meja sarapan dan meraih satu cupcake. Perutnya sudah terasa penuh, namun dia punya perasaan kalau pagi ini akan menghabiskan banyak kalori.
Saat dia memakan cupcakenya, Harry memikirkan pengajar paling buruk yang sudah dia temui sejauh ini, Profesor Binns di Sejarah. Profesor Binns adalah hantu. Dari apa yang sudah diceritakan oleh Hermione tentang hantu, sepertinya tidak mungkin kalau mereka benar-benar sadar-diri. Tidak ada penemuan terkenal yang dibuat oleh hantu-hantu, atau bahkan hasil original apa pun, tak peduli siapa mereka dalam hidup. Para hantu cenderung memiliki kesulitan untuk mengingat abad saat ini. Hermione sudah mengatakan kalau mereka seperti potret tak sengaja, yang tercetak ke dalam matter sekitar melalui semburan energi cenayang yang menemani kematian tiba-tiba seorang penyihir.
Harry sudah bertemu beberapa guru bodoh selama perampasan yang dibatalkan atas pendidikan MuggleтАУayahnya selalu jauh lebih pilih-pilih saat memilih lulusan mahasiswa sebagai tutor, tentu sajaтАУnamun kelas Sejarah adalah pertama kalinya dia bertemu seorang guru yang secara harfiah tidak memiliki kesadaran.
Dan itu terlihat, juga. Harry sudah menyerah setelah lima menit dan mulai membaca buku pelajaran. Ketika sudah jelas kalau “Profesor Binns” tidak akan keberatan, Harry juga meraih kantongnya dan memakai penyumpal telinga.
Apakah para hantu membutuhkan gaji? Apa itu? Ataukah secara harfiah tidak mungkin memecat siapapun dari Hogwarts bahkan kalaupun mereka sudah mati?
Sekarang sepertinya Profesor Snape akan berlaku benar-benar jahat para tiap orang yang bukan seorang Slytherin dan bahkan belum terlintas di pikiran siapapun untuk mengakhiri kontraknya.
Dan sang Kepala Sekolah sudah menyulut api pada seekor ayam.
“Permisi,” datang satu suara khawatir dari belakangnya.
“Aku bersumpah,” kata Harry tanpa berbalik, “tempat ini hampir delapan setengah persen sama buruknya dengan apa yang Dad katakan tentang Oxford.”
Harry merentakkan kaki di koridor batu, terlihat tersinggung, jengkel, dan murka seluruhnya secara bersamaan.
“Dungeon!” Harry mendesis. “Dungeon! Ini bukan dungeon! Ini basement! Basement!”
Beberapa gadis Ravenclaw memberinya pandangan aneh. Para anak laki-laki sudah terbiasa dengan dia sekarang.
Sepertinya dalam tingkat di mana ruang kelas Ramuan terletak disebut sebagai “dungeon” untuk alasan yang tidak lebih baik daripada karena itu berada di bawah permukaan tanah dan sedikit lebih dingin daripada kastil utama.
Di Hogwarts! Di Hogwarts! Harry sudah menunggu sepanjang hidupnya dan sekarang dia masih menunggu dan jika memang ada tempat di muka Bumi yang memiliki dungeon yang layak itu harusnya adalah Hogwarts! Apakah Harry harus membangun kastilnya sendiri kalau dia ingin melihat satu ‘jurang maut tanpa dasar’ kecil?
Sesaat kemudian mereka sampai pada ruang kelas Ramuan yang sebenarnya dan Harry cukup terhibur.
Ruang kelas Ramuan itu memiliki makhluk-makhluk aneh yang diawetkan mengambang dalam tabung-tabung gelas di rak-rak yang menutupi tiap sentimeter ruang dinding di antara lemari-lemari. Harry sudah sampai cukup jauh dalam pembacaannya sekarang hingga dia sungguh bisa mengenali beberapa makhluk, seperti Zabriskan Fontema. Meskipun laba-laba lima puluh sentimeter terlihat seperti seekor Acromantula namun itu terlalu kecil untuk itu. Dia mencoba untuk bertanya pada Hermione, namun dia sepertinya sangat tidak tertarik melihat ke arah mana pun Harry menunjuk.
Harry sedang melihat bola debu besar yang memiliki mata dan kaki ketika sang pembunuh memasuki ruangan.
Itulah pikiran pertama yang melintasi pikiran Harry ketika dia melihat Profesor Severus Snape. Ada sesuatu yang sunyi dan mematikan tentang cara pria itu mengintai di antara meja anak-anak itu. Jubahnya berantakan, rambutnya kotor dan berminyak. Ada sesuatu tentangnya yang seperti mengingatkan pada Lucius, walau keduanya terlihat sama sekali tidak serupa, dan kau akan memperoleh kesan bahwa di mana Lucius akan membunuhmu dengan keanggunan tanpa cela, pria ini hanya akan membunuhmu.
“Duduk,” kata Profesor Severus Snape. “Sekarang.”