alasan tertentu, “dan tidak, itu tidak ada dalam daftar yang aku buat di umur tiga belas. Maukah kau menebak lagi?”
“Ah тАж jangan pernah menyombongkan pada siapapun tentang rencana jahat utamamu?”
Profesor Quirrell tertawa. “Ah, yang itu adalah yang kedua. Wah, Tn. Potter, apakah kita sudah membaca buku yang sama?”
Ada lebih banyak tawa, yang mengusung kecemasan. Harry mengatup rahangnya keras-keras dan tak berkata apa pun. Penyangkalan tak akan mencapai apa pun.
“Tapi tidak. Hal pertamanya adalah, ‘Aku tak akan berkeliling dan memprovokasi musuh-musuh kuat, ganas.’ Sejarah dunia akan jadi sangat berbeda jika Mornelithe Falconsbane atau Hitler memahami hal sederhana itu. Sekarang jika, Tn. PotterтАУhanya jika dalam suatu kesempatan kau memendam suatu ambisi serupa yang dulu kupegang ketika aku adalah seorang Slytherin mudaтАУmeskipun begitu, aku harap bukanlah ambisimu untuk menjadi Pangeran Kegelapan bodoh.”
“Profesor Quirrell,” kata Harry, menggertakkan giginya, “Aku adalah seorang Ravenclaw dan bukanlah ambisiku untuk menjadi bodoh, titik. Aku tahu kalau apa yang kulakukan hari ini adalah hal tolol. Namun itu bukanlah Kegelapan! Aku bukanlah orang yang melemparkan pukulan pertama di pertarungan itu!”
“Kau, Tn. Potter, adalah seorang idiot. Namun kemudian begitu juga denganku waktu seumuranmu. Dengan demikian aku mengantisipasi jawabanmu dan merubah rencana pelajaran hari ini untuk menyesuaikan. Tn. Gregory Goyle, kalau anda bisa maju, tolong?”
Ada jeda terkejut dalam ruang kelas. Harry tidak mengharapkan itu.
Tidak juga, dari yang terlihat, Tn. Goyle, yang terlihat sedikit tak yakin dan cemas saat dia menaiki panggung marmer dan mendekati mimbar.
Profesor Quirrell menegakkan diri dari tempatnya bersandar di meja. Dia terlihat seketika lebih kuat, dan tangannya membentuk kepalan dan dia mengambil bentuk ke dalam kuda-kuda seni bela diri yang jelas dikenali.
Mata Harry melebar pada penglihatan itu, dan dia sadar kenapa Tn. Goyle dipanggil ke depan.
“Kebanyakan penyihir,” kata Profesor Quirrell, “tak begitu peduli dengan apa yang Muggle sebut sebagai seni bela diri. Bukankah tongkat sihir lebih kuat dari kepalan? Sikap ini adalah bodoh. Tongkat sihir dipegang dalam kepalan. Kalau kau ingin menjadi penyihir petarung besar kau harus belajar seni bela diri sampai ke tingkat yang bahkan akan membuat Muggle terkesan. Aku akan mendemonstrasikan satu teknik yang sama pentingnya, yang aku pelajari di suatu dojo, suatu sekolah seni bela diri Muggle, yang tentangnya akan kuceritakan lebih lanjut nanti. Untuk sekarang тАж .” Profesor Quirrell mengambil beberapa langkah maju, masih dalam kuda-kuda, maju ke arah tempat Tn. Goyle berdiri. “Tn. Goyle, aku akan memintamu untuk menyerangku.”
“Profesor Quirrell,” kata Tn. Goyle, suaranya sekarang diperkuat sama seperti suara sang profesor, boleh aku tanya tingkat apaтАУ”
“Dan enam. Kau tidak akan terluka dan juga tidak diriku. Dan kalau kau melihat kesempatan menyerang, tolong ambil.”
Tn. Goyle mengangguk, terlihat sangat lega.
“Perhatikan,” kata Profesor Quirrell, “bahwa Tn. Goyle takut menyerang seseorang yang tak tahu tentang seni bela diri sampai tingkat yang bisa diterima, karena takut kalau aku, atau dia, akan terluka. Sikap Tn. Goyle adalah benar-benar tepat dan dia menerima tiga poin Quirrell untuk itu. Sekarang, mulai!”
Si anak muda memburam ke depan, kepalan-kepalan beterbangan, dan sang Profesor Quirrell menangkis tiap pukulan, menari ke belakang, Quirrell menendang dan Goyle menangkis dan berputar dan mencoba menjegal Quirrell dengan sapuan kaki dan Quirrell melompatinya dan itu semua terjadi terlalu cepat untuk Harry bisa menangkap apa yang terjadi dan kemudian Goyle telentang dengan kedua kakinya mendorong dan Quirrell benar- benar terbang di udara dan kemudian dia jatuh ke tanah mendarat ke atas bahunya dan berguling.
“Stop!” jerit Profesor Quirrell dari tanah, terdengar sedikit panik. “Kau menang!”
Tn. Goyle berhenti sebegitu tajam dia terhuyung, nyaris tersandung dan terjatuh dari momentum yang terhenti dari terjangannya ke arah Profesor Quirrell. Wajahnya menunjukkan keterkejutan murni.
Profesor Quirrell melengkungkan punggungnya dan melompat berdiri memakai gerakan melenting aneh yang tak memakai kedua tangan.
Ada kesunyian di dalam ruang kelas, kesunyian yang lahir dari kebingungan total.
“Tn. Goyle,” kata Profesor Quirrell, “apa teknik sangat penting yang tadi aku demonstrasikan?”
“Bagaimana terjatuh dengan benar ketika seseorang membantingmu,” kata Tn. Goyle. “Itu salah satu dari pelajaran pertama yang kau pelajariтАУ”
“Itu juga,” kata Profesor Quirrell.
Ada satu jeda.
“Teknik sangat penting yang tadi kudemonstrasikan,” kata Profesor Quirrell, “adalah bagaimana cara untuk kalah. Kau boleh pergi, Tn. Goyle, terima kasih.”
Tn. Goyle berjalan dari panggung, terlihat cukup kebingungan. Harry merasakan hal yang sama.
Profesor Quirrell berjalan kembali ke mejanya dan melanjutkan bersandar di sana. “Terkadang kita melupakan hal-hal yang paling dasar, karena sudah terlalu lama sejak saat kita mempelajarinya. Aku sadar sudah melakukan hal yang sama dengan rencana ajarku sendiri. Kau tidak mengajari para murid untuk membanting sampai kau selesai mengajari mereka bagaimana cara jatuh. Dan aku tidak boleh mengajari kalian bagaimana bertarung jika kalian tak paham bagaimana caranya kalah.”
Wajah Profesor Quirrell mengeras, dan Harry pikir dia melihat bayangan rasa sakit, suatu sentuhan duka, di mata itu. “Aku belajar bagaimana caranya kalah di satu dojo di Asia, yang, seperti tiap Muggle tahu, adalah tempat di mana semua petarung terbaik hidup. Dojo ini mengajari satu aliran yang memiliki reputasi di antara penyihir petarung untuk beradaptasi dengan baik pada duel magis. Master dari dojo ituтАУseorang tua bagi standar MuggleтАУadalah pengajar terbesar aliran ini yang ada saat itu. Dia tak tahu bahwa sihir ada, tentu saja. Aku mengajukan diri untuk belajar di sana, dan adalah salah satu dari beberapa murid yang diterima tahun itu, di antara banyak pesaing. Mungkin memang ada sedikit pengaruh spesial yang terlibat.”