Ada beberapa tawa dalam ruang kelas. Harry tak berbagi perasaan itu. Itu terasa sama sekali tak benar.
“Dalam kasus apa pun. Selama salah satu pertarungan pertamaku, setelah aku dikalahkan dalam cara yang sangat memalukan, aku hilang kendali dan menyerang rekan latih tandingkuтАУ”
Yikes.
“тАУuntungnya memakai kepalanku, bukannya sihirku. Sang Master, herannya, tidak mengeluarkanku seketika itu juga. Namun dia memberitahuku kalau ada cacat dalam temperamenku. Dia menjelaskannya padaku, dan aku tahu kalau dia benar. Dan kemudian dia berkata kalau aku akan belajar caranya kalah.”
Wajah Profesor Quirrell tanpa ekspresi.
“Di bawah perintah ketatnya, semua murid dalam dojo berbaris. Satu demi satu, mereka mendekatiku. Aku tidak boleh mempertahankan diri. Aku hanya boleh memohon belas kasihan. Satu demi satu, mereka menamparku, atau memukulku, dan mendorongku ke lantai. Beberapa dari mereka meludahiku. Mereka memanggilku nama-nama mengerikan dalam bahasa mereka. Dan pada masing-masing mereka, aku harus berkata, ‘Aku kalah!’ dan hal-hal serupa, seperti ‘Aku mohon padamu untuk berhenti!’ dan ‘Aku mengakui kau lebih baik dariku!’”
Harry mencoba membayangkan ini dan sungguh tak mampu. Tidak mungkin sesuatu yang seperti itu bisa terjadi pada Profesor Quirrell yang bermartabat.
“Aku adalah seorang jenius dalam Pertempuran Sihir bahkan di masa itu. Dengan sihir tanpa tongkat saja aku mampu membunuh semua orang dalam dojo itu. Aku tak melakukannya. Aku belajar untuk kalah. Sampai hari ini aku mengingatnya sebagai jam-jam paling tak menyenangkan dalam hidupku. Dan ketika aku meninggalkan dojo itu delapan bulan kemudianтАУyang merupakan waktu yang tak cukup panjang, namun yang paling banyak yang bisa kuluangkanтАУsang Master memberitahuku kalau dia harap aku memahami kenapa hal itu perlu. Dan aku mengatakan padanya kalau itu adalah pelajaran paling berharga yang pernah aku pelajari. Yang memang, dan masih, benar.”
Wajah Profesor Quirrell berubah pahit. “Kalian ingin tahu di mana dojo menakjubkan ini, dan apakah kalian bisa belajar di sana. Kalian tak bisa. Karena tak lama setelahnya, calon murid lain datang ke tempat tersembunyi itu, ke gunung terpencil itu. Dia Yang Namanya Tak Boleh Disebut.”
Ada suara banyak napas ditarik secara bersamaan. Harry merasa mual di perutnya. Dia tahu apa yang akan datang.
“Sang Pangeran Kegelapan datang ke sekolah itu dengan terbuka, tanpa penyamaran, mata merah menyala dan sebagainya. Para murid mencoba menghalangi jalannya dan dia tinggal melakukan Apparation menembusnya. Ada teror di sana, tapi disiplin, dan sang Master datang. Dan sang Pangeran Kegelapan menuntutтАУbukan meminta, tapi menuntutтАУuntuk diajari.”
Wajah Profesor Quirrell sangat keras. “Mungkin sang Master sudah membaca terlalu banyak buku yang menceritakan kebohongan tentang petarung sejati akan mampu mengalahkan bahkan iblis. Untuk alasan apa pun, sang Master menolak. Pangeran Kegelapan bertanya kenapa dia tak bisa menjadi seorang murid. Sang Master mengatakan kepadanya kalau dia tak punya kesabaran, dan saat itulah Pangeran Kegelapan mencabut lidahnya.”
Ada sekumpulan suara tercekat.
“Kalian bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya. Para murid mencoba menyerbu Pangeran Kegelapan dan terjatuh, tertegun di tempat mereka berdiri. Dan kemudian тАж .”
Suara Profesor Quirrell goyah untuk sesaat, kemudian melanjutkan.
“Ada Kutukan Tak Termaafkan, Kutukan Cruciatus, yang menghasilkan sakit tak tertahankan. Jika Cruciatus diperpanjang lebih lama dari beberapa menit itu akan menghasilkan kegilaan permanen. Satu demi satu, Pangeran Kegelapan melemparkan Kutukan Cruciatus pada para murid sang Master sampai mencapai kegilaan, dan kemudian menyelesaikan mereka dengan Kutukan Pembunuh, saat sang Master dipaksa melihat semuanya itu. Ketika seluruh muridnya sudah meninggal dengan cara ini, sang Master akhirnya mengikuti juga. Aku mengetahui ini dari satu-satunya murid yang selamat, yang mana Pangeran Kegelapan biarkan hidup untuk menceritakan kisah itu, dan merupakan sahabatku тАж .”
Profesor Quirrell membalikkan badan, dan ketika dia berbalik lagi sesaat kemudian, dia sekali lagi terlihat tenang dan terkendali.
“Penyihir Kegelapan tak bisa menjaga amarah mereka,” Profesor Quirrell berkata dengan pelan. “Itu adalah cacat yang nyaris universal dalam seluruh spesies, dan siapapun yang membuat kebiasaan untuk melawan mereka suatu saat akan belajar untuk bergantung padanya. Pahami bahwa sang Pangeran Kegelapan tidak menang hari itu. Tujuannya adalah untuk belajar seni bela diri, akan tetapi dia pergi tanpa memperoleh satu pun pelajaran. Sang Pangeran Kegelapan melakukan kebodohan dengan berharap supaya cerita itu diceritakan kembali. Itu tak menunjukkan kekuatannya, namun malah satu kelemahan yang bisa dieksploitasi.”
Pandangan Profesor Quirrell terfokus pada satu anak dalam ruang kelas.
“Harry Potter,” kata Profesor Quirrell.
“Ya,” kata Harry, suaranya parau.
“Apa tepatnya yang kamu lakukan salah hari ini, Tn. Potter?”
Harry merasa seolah dia ingin muntah. “Aku kehilangan kesabaran.”
“Itu tidak tepat,” kata Profesor Quirrell. “Aku akan menjelaskannya lebih tepat. Ada banyak binatang yang memiliki sesuatu yang disebut dengan kontes dominansi. Mereka saling menyerang memakai tandukтАУmencoba menjatuhkan satu sama lain, bukan saling menanduk. Mereka bertarung memakai kaki merekaтАУdengan kuku tetap disarungkan. Tapi kenapa dengan kuku mereka tetap disarungkan? Tentunya, jika mereka menggunakan kuku mereka, mereka akan memiliki kesempatan lebih baik untuk menang? Namun kemudian lawan mereka mungkin akan mengeluarkan kuku mereka juga, dan bukannya menyelesaikan kontes dominansi dengan satu yang menang dan satu yang kalah, keduanya mungkin akan terluka parah.”
Pandangan Profesor Quirrell terlihat keluar langsung pada Harry dari layar pengulang. “Apa yang kau demonstrasikan hari ini, Tn. Potter, adalah bahwaтАУbukannya seperti binatang-binatang itu yang menjaga kukunya tetap tersarung dan menerima hasilnyaтАУkau tak tahu bagaimana caranya kalah dalam kontes dominansi. Ketika seorang profesor Hogwarts menantangmu, kau tidak mundur. Ketika kelihatannya kau mungkin akan kalah, kau mengeluarkan kukumu, tak mempedulikan bahayanya. Kau meningkatkan, dan kemudian kau meningkatkan lagi. Itu dimulai dengan satu tamparan padamu dari Profesor Snape, yang jelas-jelas dominan