“Memang. Beri tahu aku harganya.” Mata sang Profesor Pertahanan masih keras.

“Itu adalah sepupuku Kimberly,” kata Blaise, menelan lagi dan mencoba mengendalikan suaranya. “Dia itu nyata, dan dia memang benar-benar ditindas, Potter memastikan hal itu, dia tidak bodoh. Hanya Dumbledore berkata bahwa dia sedikit mendorong para penindas untuk melakukannya, hanya untuk rencananya, dan jika aku bekerja untuk dia Kimberly akan aman setelahnya, tapi jika aku memang berjalan dengan Potter, ada lebih banyak masalah yang bisa mendatangi Kimberly!”

Profesor Quirrell diam untuk waktu yang lama.

“Aku mengerti,” kata Profesor Quirrell, suaranya sekarang jauh lebih lembut. “Tn. Zabini, misal kejadian seperti itu terjadi lagi, kau boleh menghubungiku langsung. Aku memiliki caraku sendiri untuk melindungi temanku. Sekarang, pertanyaan terakhir: Bahkan dengan seluruh kekuatan yang kau ambil ke dalam tanganmu, memaksakan suatu keadaan seri akan sulit. Apakah Dumbledore menginstruksikanmu atas siapa yang harus menang dalam keadaan lainnya?”

“Sunshine,” kata Blaise.

Profesor Quirrell mengangguk. “Seperti yang sudah kuduga.” Si Profesor Pertahanan menghela napas. “Dalam karir masa depanmu, Tn. Zabini, aku tak menyarankan mencoba rencana apa pun yang serumit itu. Mereka memiliki kecenderungan untuk gagal.”

“Um, aku mengatakan itu pada sang Kepala Sekolah, sebenarnya,” kata Blaise, “dan dia berkata bahwa itulah kenapa adalah penting untuk memiliki lebih dari satu rencana yang berjalan pada satu waktu.”

Profesor Quirrell menyekakan tangan yang lelah melewati keningnya. “Memang sesuatu yang mengherankan sang Pangeran Kegelapan tak jadi gila dari bertarung melawan dia. Kau boleh pergi pada pertemuanmu dengan sang Kepala Sekolah, Tn. Zabini. Aku tak akan mengatakan apa pun tentang ini, tapi jika sang Kepala Sekolah entah bagaimana mengetahui kalau kita sudah berbicara, ingat tentang tawaran yang kuberi untuk menyediakanmu perlindungan yang aku bisa. Kau boleh pergi.”

Blaise tak menunggu untuk kata lain lagi, hanya berputar dan pergi.

*

Profesor Quirrell menunggu untuk suatu waktu, dan kemudian berkata, “Silakan, Tn. Potter.”

Harry membuka Jubah Gaib dari kepalanya dan menjejalkannya ke kantongnya. Dia bergetar dengan sebegitu banyak amarah dia nyaris tak bisa berkata. “Dia apa? Dia melakukan apa?”

“Kau harusnya bisa menyimpulkannya sendiri, Tn. Potter,” Profesor Quirrell berkata ringan. “Kau harus belajar untuk memburamkan pandanganmu sampai kamu bisa melihat hutannya terhalangi oleh pepohonan. Siapapun yang mendengar cerita-cerita tentangmu, dan yang tidak tahu bahwa kau adalah Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup yang misterius, bisa dengan mudah menyimpulkan pemilikanmu atas jubah penghilang. Melangkah mundur dari kejadian-kejadian ini, buramkan seluruh detilnya, dan apa yang kita amati? Ada suatu rivalitas yang besar di antara para murid, dan kompetisi mereka berakhir dengan keadaan seri sempurna. Hal-hal macam itu hanya terjadi dalam cerita-cerita, Tn. Potter, dan ada satu orang di dalam sekolah ini yang memiliki pola pikir cerita. Ada suatu rencana aneh dan rumit, yang kamu harusnya sudah sadari adalah sesuatu yang bukan merupakan karakteristik Slytherin muda yang kamu hadapi. Tapi ada seseorang di sekolah ini yang berurusan dengan rencana-rencana yang serumit itu, dan namanya bukanlah Zabini. Dan aku sudah memperingatkanmu bahwa ada seorang agen quadruple; kamu tahu kalau Zabini paling tidak adalah seorang agen triple, dan kau harusnya bisa menebak dengan kemungkinan tinggi kalau agen itu adalah dia. Tidak, aku tidak akan menyatakan bahwa pertempuran itu tidak sah. Kalian bertiga gagal dalam tesnya, dan kalah pada musuh bersama kalian.”

Harry tak peduli tentang tes di titik ini. “Dumbledore memeras Zabini dengan mengancam sepupunya? Hanya untuk membuat pertempuran kita berakhir seri? Kenapa?”

Profesor Quirrell memberi suatu tawa murung. “Mungkin sang Kepala Sekolah berpikir kalau rivalitas tersebut adalah baik untuk pahlawan peliharaannya dan ingin melihatnya dilanjutkan. Untuk kebaikan yang lebih besar, kau paham. Atau mungkin sederhananya dia memang gila. Kau lihat, Tn. Potter, semua orang tahu kalau kegilaan Dumbledore adalah sebuah topeng, bahwa dia orang waras yang berpura-pura menjadi gila. Mereka merasa angkuh atas pemahaman cerdas itu, dan mengetahui penjelasan dari rahasianya, mereka berhenti mencari. Tak pernah terpikir oleh mereka bahwa adalah juga mungkin untuk memiliki suatu topeng di balik topeng, untuk seorang gila berpura-pura jadi waras yang berpura-pura gila. Dan aku takut, Tn. Potter, bahwa aku memiliki urusan mendesak di tempat lain, dan harus pergi; tapi aku harus dengan sangat menasihatimu untuk tak mengambil petunjukmu dari Albus Dumbledore selagi memerangi suatu pertempuran. Sampai nanti, Tn. Potter.”

Dan sang Profesor Pertahanan memiringkan kepalanya dengan suatu ironi, dan kemudian melangkah pergi ke arah yang sama dengan larinya Zabini, selagi Harry masih berdiri dalam keterkejutan mulut terbuka.

*

Kelanjutan: Harry Potter.

Setelah perlahan tertatih ke arah kamar Ravenclawnya, mata tak melihat dinding, lukisan, atau murid lain; dia terus naik tangga dan turun jalan landai tanpa bertambah pelan, bertambah cepat, atau memperhatikan di mana dia menginjak.

Membutuhkan lebih dari semenit untuknya setelah kepergian Profesor Quirrell untuk menyadari bahwa satu- satunya sumber informasi tentang keterlibatan Dumbledore adalah (a) Blaise Zabini, Harry harus jadi seorang idiot melongo absolut untuk mempercayai lagi, dan (b) Profesor Quirrell, yang bisa dengan mudah memalsukan suatu rencana dalam gaya Dumbledore, dan yang mungkin juga berpikir bahwa suatu rivalitas murid yang kecil adalah hal yang baik; dan yang sudah, jika kamu melangkah mundur dan memburamkan detilnya, baru saja mengusulkan untuk merubah negara ini menjadi suatu kediktatoran sihir.

Dan adalah juga mungkin kalau Dumbledore memang orang di belakang Zabini, dan bahwa Profesor Quirrell sudah dengan tulus mencoba untuk memerangi Tanda Kegelapan dengan cara yang sama, dan mencoba mencegah pengulangan suatu pergelaran yang menurutnya mengenaskan. Mencoba untuk memastikan kalau Harry tak berakhir bertarung dengan sang Pangeran Kegelapan sendirian, selagi orang lain bersembunyi, ketakutan, mencoba untuk tetap di luar garis tembak, menunggu Harry menyelamatkan mereka.

Tapi kenyataannya adalah тАж .

Yah тАж .

Harry bisa dibilang tak masalah dengan itu.

Itu memang, dia tahu, hal-hal yang harusnya membuat para pahlawan jadi penuh kebencian dan pahit.

Добавить отзыв
ВСЕ ОТЗЫВЫ О КНИГЕ В ИЗБРАННОЕ

0

Вы можете отметить интересные вам фрагменты текста, которые будут доступны по уникальной ссылке в адресной строке браузера.

Отметить Добавить цитату