sama seperti yang Harry dapatkan. Para Ravenclaw lain yang gagal tidak mendapatkan pandangan itu. Tapi Hermione adalah Jenderal Sunshine, dan para penggemarnya memperlakukan hal itu seolah dia mengecewakan mereka, entah bagaimana, seakan-akan dia melanggar sebuah janji yang tak pernah dia buat.
Keduanya pergi ke perpustakan untuk meneliti Mantra Patronus, yang adalah cara Hermione untuk menghadapi penderitaan, seperti yang juga biasa dilakukan Harry. Belajar, mencari tahu, mencoba untuk memahami kenapa тАж .
Buku-buku itu sudah mengkonfirmasi apa yang sang Kepala Sekolah sudah beri tahu Harry; sering kali, para penyihir yang tak bisa melemparkan Mantra Patronus dalam latihan akan mampu melakukannya di hadapan Dementor nyata, melompat dari kegagalan sampai ke Patronus korporeal penuh. Itu menantang seluruh logika, aura ketakutan Dementor harusnya membuat lebih sukar untuk memegang suatu pikiran bahagia; tapi itulah kenyataannya.
jadi mereka berdua akan memberi satu usaha terakhir, tak mungkin masing-masing dari mereka tak memberikan satu usaha terakhir.
Itu adalah hari di mana Dementor datang ke Hogwarts.
Lebih awal, Harry melepas Transfigurasi atas batu ayahnya dari tempatnya biasa bertengger di cincin jari kelingkingnya dalam bentuk batu berlian kecil, dan menempatkan batu kelabu besar itu kembali ke dalam kantongnya. Hanya untuk jaga-jaga semisal sihir Harry gagal sepenuhnya, ketika dia menghadapi yang tergelap dari semua makhluk.
Harry sudah mulai merasa pesimis, dan dia bahkan masih belum ada di depan Dementor.
“Aku bertaruh kalau kamu bisa melakukannya dan aku tak bisa,” kata Harry dalam bisikan. “Aku bertaruh kalau itulah yang akan terjadi.”
“Ini terasa salah untukku,” kata Hermione, suaranya bahkan lebih pelan dari suara Harry. “Aku mencobanya pagi ini dan aku menyadari. Ketika aku melakukan acungan pada bagian akhir, bahkan sebelum aku mengatakan kata-katanya, itu terasa salah.”
Harry tak mengatakan apa pun. Dia merasakan hal yang sama, tepat pada awalnya, walaupun memerlukan lima usaha lain memakai lima pikiran bahagia lain sebelum dia bisa mengakui itu pada dirinya sendiri. Tiap kali dia mencoba mengacungkan tongkat sihirnya, itu terasa kosong; mantra yang dia coba pelajari tak cocok dengannya.
“Itu tak berarti kalau kita akan menjadi Penyihir Kegelapan,” kata Harry. “Banyak orang-orang yang tak bisa melemparkan Mantra Patronus yang bukan seorang Penyihir Kegelapan. Godric Gryffindor bukan seorang Penyihir Kegelapan тАж .”
Godric sudah mengalahkan banyak Pangeran Kegelapan, bertarung untuk melindungi rakyat biasa dari para Keluarga Terhormat dan para Muggle dari para penyihir. Dia memiliki banyak sahabat baik dan tulus, dan kehilangan tak lebih dari setengah dari mereka dalam suatu tujuan baik atau lainnya. Dia mendengarkan jeritan mereka yang terluka, dalam bala tentara yang dia angkat untuk membela mereka yang tak bersalah; para penyihir muda penuh keberanian berbaris atas panggilannya, dan dia yang kuburkan setelahnya. Sampai akhirnya, ketika sihirnya pada akhirnya mulai menghilang dalam usia tuanya, dia membawa bersama tiga penyihir paling kuat lain di eranya untuk membangun Hogwarts dari tanah kosong; satu pencapaian besar atas nama Godric yang bukan tentang perang, perang apa pun, tak peduli seberapa adil. Adalah Salazar, dan bukan Godric, yang mengajarkan kelas Pertempuran Sihir yang pertama. Godric mengajarkan kelas Hogwarts yang pertama dalam Herbologi, sihir tetumbuhan hidup hijau.
Pada hari terakhirnya dia tak pernah bisa melemparkan Mantra Patronus.
Godric Gryffindor adalah seorang yang baik, bukan satu yang bahagia.
Harry tak mempercayai kegelisahan, dia tak tahan membaca tentang pahlawan galau, dia mengenal satu milyar orang lain di dunia yang akan memberikan apa pun untuk bertukar tempat dengannya, dan тАж .
Dan dalam ranjang kematiannya, Godric memberi tahu Helga (karena Salazar sudah meninggalkannya, dan Rowena meninggal lebih dulu) bahwa dia tak menyesali satu pun dari semua itu, dan dia tidak memperingatkan para muridnya untuk tidak mengikuti jejaknya, tak satu pun yang pernah mengatakan dia menyuruh siapapun untuk tak mengikuti jejaknya. Jika itu adalah hal yang benar untuk dia lakukan, maka dia tak akan menyuruh mereka yang lain untuk memilih dengan salah, bahkan tidak juga murid termuda di Hogwarts. Dan juga untuk mereka yang memang mengikuti jejaknya, dia harap mereka akan mengingat bahwa Gryffindor sudah memberi tahu Asramanya bahwa adalah tak masalah untuk mereka menjadi lebih bahagia dari dia. Bahwa merah dan emas akan menjadi warna hangat cerah, mulai sekarang.
Dan Helga berjanji padanya, tersedu, bahwa ketika dia menjadi Kepala Sekolah dia akan memastikannya.
Sesudah mana Godric akhirnya meninggal, dan tak meninggalkan hantu di belakangnya; dan Harry mendorong buku itu kembali ke Hermione dan berjalan menjauh sedikit, supaya dia tak melihatnya menangis.
Kau tak akan berpikir bahwa sebuah buku dengan suatu judul tak bersalah seperti “Mantra Patronus: Para Penyihir yang Mampu dan Tidak Mampu” akan jadi buku paling menyedihkan yang pernah Harry baca.
Harry … .
Harry tak menginginkannya.
Untuk ada di buku itu.
Harry tak menginginkannya.
Seluruh isi sekolah lainnya rasanya hanya berpikir bahwa Tak Ada Patronus artinya Orang Jahat, mudah dan sederhana. Entah bagaimana fakta bahwa Godric Gryffindor juga tak mampu melemparkan Mantra Patronus sepertinya tidak diulangi. Mungkin orang-orang tidak membicarakan tentangnya untuk menghormati permintaan terakhirnya, Fred dan George mungkin tidak tahu dan Harry jelas tak akan memberi tahu mereka. Atau mungkin para gagal lain tak menyebutkannya karena adalah tak terlalu memalukan, kehilangan lebih kecil atas kebanggaan dan status, untuk dianggap Gelap daripada tak bahagia.
Harry melihat bahwa Hermione, di sebelahnya, berkedip dengan keras; dan dia bertanya-tanya apakah dia memikirkan tentang Rowena Ravenclaw, yang juga mencintai buku.
“Oke,” bisik Harry. “Pikiran yang lebih bahagia. Jika kamu memang sampai pada bentuk Patronus korporeal penuh, menurutmu akan jadi seperti apa binatangmu?”
“Seekor berang-berang,” kata Hermione seketika.