Lukisan wanita itu mendesah. “Aku hanya gambar, anak muda. Aku mengingat Hogwarts seperti yang pernah adaтАУbukan Hogwarts yang sekarang ada. Apa yang bisa aku beritahu kepadamu adalah bahwa kalau ini adalah teka-teki, jawabannya adalah bahwa permainan itu adalah kehidupan, dan bahwa meskipun kita tak membuat seluruh peraturan itu sendiri, orang yang memberi atau mengurangi poin itu adalah selalu kamu sendiri. Kalau ini bukanlah teka-teki namun realitaтАУmaka aku tak tahu.”
Harry menunduk sebegitu rendah kepada lukisan itu. “Terima kasih, milady.”
Si wanita membungkuk padanya. “Aku harap aku bisa mengatakan kalau aku akan mengingat kalau aku menyukaimu,” katanya, “tapi aku mungkin tak akan mengingatmu sama sekali. Selamat tinggal, Harry Potter.”
Harry membungkuk lagi sebagai balasan, dan mulai menuruni tangga-tangga terdekat.
Empat belokan ke kiri berikutnya dia menemukan dirinya memandang koriidor yang berakhir, tiba-tiba, dalam suatu gundukan batu-batu besarтАУseolah-olah sudah ada keruntuhan, hanya dinding-dinding dan langit-langit yang masih tetap utuh dan tersusun dari batu kastil biasa.
“Baiklah,” kata Harry pada udara kosong, “Aku menyerah. Aku meminta satu petunjuk lagi. Bagaimana caraku untuk sampai ke tempat yang harus kutuju?”
“Satu petunjuk! Satu petunjuk, katamu?”
Satu suara gembira datang dari lukisan di dinding tak jauh, ini adalah satu lukisan pria umur menengah dalam jubah pink paling keras yang pernah Harry lihat atau bayangkan. Di dalam lukisan dia memakai topi runcing tua dengan ikan di atasnya (bukan gambar, ingat, tapi seekor ikan).
“Ya!” kata Harry. “Satu petunjuk! Satu petunjuk kataku! Hanya saja bukan sembarang petunjuk, aku mencari petunjuk spesifik, itu untuk permainan yang aku mainkan iniтАУ”
“Ya, Ya! Satu petunjuk untuk permainan! Kamu Harry Potter, kan? Aku Cornelion Flubberwalt! Aku diberitahu oleh Erin the Consort yang diberitahu oleh Lord Weaselnose yang diberitahu oleh, aku lupa siapa. Namun itu adalah pesan untuk aku agar disampaikan untukmu! Untuk aku! Tidak ada yang peduli tentang aku sampai, aku tak tahu berapa lama, mungkin selamanya, aku sudah terjebak di koridor tua iniтАУpetunjuk! Aku punya petunjukmu! Harganya tiga poin! Kamu mau?”
“Ya! Aku mau!” Harry sadar bahwa dia mungkin harus menjaga sarkasmenya dalam kontrol tapi dia sepertinya tak bisa menolong dirinya sendiri.
“Kegelapan bisa ditemukan di antara ruang belajar hijau dan kelas Transfigurasi McGonagall! Itulah petunjuknya! Dan ayo cepat, kau lebih lambat dari siput! Minus sepuluh poin karena lambat! Sekarang kamu punya 61 poin! Itu semua isi pesannya!”
“Terima kasih,” kata Harry. Dia sudah mulai ketinggalan dalam permainan ini. “Um .. aku kira kamu tak tahu dari mana asal sebenarnya pesan ini, kan?”
“Itu diucapkan oleh suara hampa yang keluar dari celah di udara itu sendiri, celah yang terbuka atas neraka yang berapi-api! Itulah yang mereka beritahukan padaku!”
Harry sudah mulai tak yakin, di titik ini, apakah ini adalah hal-hal yang dia harusnya bersikap skeptis, atau hal yang langsung dia percayai. “Dan bagaimana aku bisa menemukan tempat antara ruang belajar hijau dan kelas Transfigurasi?”
“Tinggal berbalik dan ambil kiri, kanan, bawah, bawah, kanan, kiri, kanan, atas, dan kiri lagi, kamu akan tiba di ruang belajar hijau dan kalau kamu masuk dan berjalan lurus ke sisi seberang kamu akan sampai di koridor besar melengkung yang menuju ke persimpangan dan di sisi kanan dari persimpangan itu akan ada lorong lurus panjang yang menuju ke kelas Transfigurasi!” Sosok pria usia menengah itu berhenti. “Paling tidak seperti itulah keadaannya saat aku ada di Hogwarts. Ini adalah hari Senin dalam tahun ganjil, kan?”
“Pensil dan kertas mekanik,” kata Harry pada kantongnya. “Er, batalkan yang tadi, kertas dan pensil mekanik.” Dia memandang ke atas. “Bisakah kamu mengulangi yang tadi?”
setelah tersesat dua kali lagi, Harry merasa kalau dia sudah mulai memahami aturan dasar untuk menjelajahi labirin yang terus berubah yang adalah Hogwarts, yaitu, tanyakan arahnya pada lukisan. Kalau ini merefleksikan suatu pelajaran hidup yang amat sangat dalam dia tak tahu pelajaran apa itu.
Ruang belajar hijau tak disangka adalah tempat yang cukup nyaman dengan sinar mentari menyusup masuk melalui jendela dengan kaca berwarna hijau yang menggambarkan naga-naga dalam adegan tenang, bergerombol. Itu memiliki kursi-kursi yang terlihat sangat nyaman, dan meja yang sepertinya sangat cocok untuk belajar bersama satu sampai tiga teman.
Harry tak bisa benar-benar berjalan lurus melewati ruangan dan keluar dari pintu di seberang. Ada lemar- lemari buku yang ditempatkan di dinding, dan dia harus menghampiri dan membaca beberapa judulnya, supaya tidak kehilangan hak atas nama keluarga Verres. Namun dia melakukannya dengan cepat, mengingat keluhan tentang terlalu lambat, dan kamudian keluar dari sisi seberang.
Dia sedang menyusuri “koridor besar melengkung” ketika dia mendengar suara teriakan seorang bocah.
Di saat-saat seperti ini, Harry memiliki alasan untuk berlari secepat-cepatnya tanpa peduli menyimpan tenaga atau melakukan latihan pemanasan yang layak atau khawatir tentang menabrak sesuatu, gerakan panik seketika yang nyaris sampai pada perhentian yang sama seketikanya saat dia hampir menabrak sekelompok enam anak tahun pertama Hufflepuff тАж
тАж yang sedang meringkuk bersama, terlihat seperti ketakutan dan seolah mereka ingin melakukan sesuatu namun tak tahu apa, yang mungkin ada hubungannya dengan kelompok lima Slytherin yang lebih tua yang terlihat mengelilingi anak muda yang lain.
Harry seketika merasa marah.
“Permisi!” teriak Harry sekeras-kerasnya.
Itu mungkin sebenarnya tidak perlu. Orang-orang sudah melihat ke arahnya. Tapi itu cukup untuk menghentikan semua gerakan.
Harry berjalan melewati kelompok Hufflepuff menuju ke Slytherin.
Mereka memandangnya dengan ekspresi yang berkisar mulai kemarahan sampai terhibur sampai senang.