Mereka memberi senyuman sedih singkat bersamaan, masing-masing saling merendahkan dari yang lain.
“Aku tahu ini tak nyata,” kata Neville, “aku tahu aku tak akan bisa melakukan apa pun jika kau tak ada di sini, tapi terima kasih sudah membiarkanku berpura-pura.”
“Yang benar saja,” kata Harry.
Harry berbalik dari Neville, dan memandang keluar dari jendela pada awan-awan muram.
Suatu gagasan yang benar-benar menggelikan datang pada Neville. “Apakah kau merasa bersalah karena kau tak bisa mengeluarkan orangtua Lesath dari Azkaban?”
“Tidak,” kata Harry.
Beberapa detik berlalu.
“Ya,” kata Harry.
“Kau bodoh,” kata Neville.
“Aku sadar tentang itu,” kata Harry.
“Apakah kamu harus secara harfiah melakukan apa pun yang siapapun minta padamu?”
Si Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup berbalik dan melihat Neville lagi. “Melakukan? Tidak. Merasa bersalah karena tak melakukannya? Ya.”
Neville mendapat masalah menemukan kata-kata. “Setelah si Pangeran Kegelapan mati, Bellatrix Black secara harfiah adalah orang paling jahat di seluruh dunia dan itu adalah sebelum dia masuk ke Azkaban. Dia menyiksa ibu dan ayahku ke dalam kegilaan karena dia ingin mencari tahu apa yang terjadi si Pangeran KegelapanтАУ”
“Aku tahu,” kata Harry dengan tenang. “Aku paham itu, tapiтАУ”
“TIdak! Kau tidak! Dia memiliki alasan untuk melakukan itu, dan orangtuaku keduanya adalah Auror! Itu bahkan tidak dekat dengan hal terburuk yang pernah dia lakukan!” suara Neville bergetar.
“Bahkan begitu,” kata Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup, matanya jauh saat mereka menatap ke tempat lain, suatu tempat yang Neville tak bisa bayangkan. “Mungkin akan ada solusi yang luar biasa cerdas yang membuatnya mungkin untuk menyelamatkan semua orang dan membiarkan mereka semua hidup bahagia selamanya, dan jika saja aku cukup pintar aku pasti sudah memikirkannya saat iniтАУ”
“Kau punya masalah,” kata Neville. “Kau pikir kau harus menjadi apa yang Lasath Lestrange pikir siapa dirimu.”
“Yeah,” kata si Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup, “itu sedikit banyak meringkasnya. Setiap kali seseorang berteriak dalam doa dan aku tak bisa menjawabnya, aku merasa bersalah tentang aku yang bukan Tuhan.”
Neville tak cukup memahami itu, tapi тАж . “Itu kedengarannya tak bagus.”
Harry menghela napas. “Aku mengerti kalau aku memiliki masalah, dan aku tahu apa yang perlu kulakukan untuk memecahkannya, oke? Aku sedang mengusahakannya.”
Harry melihat Neville pergi.
Tentu saja Harry tak mengatakan apa solusinya.
Solusinya, tentu saja, adalah untuk segera menjadi Tuhan.
Langkah kaki Neville bergerak menjauh, dan dengan cepat tak lagi terdengar.
Dan kemudian dia sendiri.
“Ahem,” kata suara Severus Snape dari tepat di belakangnya.
Harry meloloskan jeritan kecil dan seketika membenci dirinya sendiri.
Perlahan, Harry berbalik.
Pria tinggi berminyak dalam jubah berbercak sedang bersandar pada dinding di posisi yang sama yang ditempati Harry.
“Sebuah jubah penghilang yang bagus, Potter,” si Master Ramuan memanjangkan. “Banyak yang sekarang dijelaskannya.”
Oh, bloody crap.
“Dan mungkin aku sudah ada di lingkungan Dumbledore terlalu lama,” kata Severus, “Tapi aku tak bisa menolong tak bertanya-tanya jika itu adalah Jubah Gaib itu.”
Harry dengan cepat berubah menjadi seseorang yang tak pernah mendengar tentang Jubah Gaib dan yang tepat sepintar seperti yang Harry pikir Severus pikir seberapa pintar Harry itu.
“Oh, mungkin,” kata Harry. “Aku percaya kalau kau sadar apa implikasinya, jika ini memang?”
Suara Severus merendahkan. “Kau tak tahu apa yang kubicarakan, benar, Potter? Sebuah usaha ceroboh dalam memancing.”
(Profesor Quirrell sudah berkomentar dalam makan siang mereka kalau Harry benar-benar perlu menyembunyikan keadaan pikirannya lebih baik daripada mengenakan wajah kosong ketika seseorang mendiskusikan suatu topik berbahaya, dan sudah menjelaskan tentang tipu muslihat satu tingkat, tipu muslihat dua tingkat, dan seterusnya. Jadi entah Severus memang faktanya memodel Harry sebagai pemain tingkat satu, yang membuat Severus sendiri tingkat dua, dan gerakan tingkat tiga Harry sudah sukses; atau Severus adalah pemain tingkat empat dan ingin Harry untuk berpikir kalau tipu muslihatnya sukses. Harry, tersenyum, kemudian menanyakan pada Profesor Quirrell di tingkat apa dia bermain, dan Profesor Quirrell, juga tersenyum, merespon, Satu tingkat lebih tinggi darimu.)