Slytherin lebih tua? Kita bisa lakukan itu. Kau bisa menindasku untuk sesaat dan aku akan membiarkanmu. Hanya kau ingat bagian itu pada akhirnya di mana aku memberi tahu teman-temanku yang banyak, sangat banyak di dalam sekolah ini untuk tak melakukan apa pun atasnya? Kali ini kita lompati bagian itu. Jadi ayo. Tindaslah aku.”
Harry Potter melangkah maju, tangannya terbuka lebar mengundang.
Ketiga Gryffindor bubar dan berlari, dan Neville harus melangkah minggir dengan cepat untuk menghindari tabrakan.
Ada kesunyian, saat langkah kaki mereka memudar, dan kemudian lebih banyak kesunyian lagi setelah itu.
Dan kemudian mereka bertiga.
Harry Potter menghirup napas panjang, kemudian menghembuskannya. “Whew,” katanya. “Bagaimana keadaanmu, Neville?”
Suara Neville keluar dalam decitan bernada tinggi. “Oke, itu benar-benar keren.”
Satu senyuman melintasi wajah Harry Potter. “Kau juga cukup keren, kau tahu.”
Neville tahu kalau Harry Potter hanya mengatakan itu, mencoba untuk membuatnya merasa baik, dan itu masih memulai suatu pendar hangat di dalam dadanya.
Harry berputar ke arah Lesath LestrangeтАУ
“Apakah kau baik-baik saja, Lestrange?” kata Neville sebelum Harry bisa membuka mulutnya.
Sekarang ada sesuatu yang kau tak harapkan untuk menemukan dirimu mengatakannya, tak pernah.
Lesath Lestrange berputar perlahan, dan memandang Neville, wajahnya ketat, tak lagi menangis, air mata mengkilap saat mereka mengering.
“Kamu pikir kamu tahu bagaimana rasanya?” kata Lesath, suaranya tinggi dan bergetar. “Kau pikir kau tahu? Orangtuaku ada di Azkaban, aku mencoba untuk tak memikirkannya dan mereka selalu mengingatkanku, mereka pikir adalah sesuatu yang bagus kalau Ibu ada di sana di dalam kedinginan dan kegelapan dengan para Dementor menyedot kehidupannya, aku berharap kalau aku seperti Harry Potter, paling tidak orangtuanya tidak kesakitan, orangtuaku selalu kesakitan, tiap detik di tiap hari, aku harap kalau aku sepertimu, paling tidak kau bisa melihat orangtuamu sesekali, paling tidak kau tahu kalau mereka mencintaimu, jika Ibu pernah mencintaiku para Dementor akan memakan pikiran itu saat iniтАУ”
Mata Neville lebar dengan terkejut. Dia tak menyangka hal ini.
Lesath berbalik ke Harry Potter, yang matanya penuh kengerian.
Lesath melemparkan dirinya sendiri ke lantai di depan Harry Potter, menyentuhkan keningnya ke tanah, dan berbisik, “Bantu aku, Lord.”
Ada kesunyian yang teramat sangat. Neville tak bisa memikirkan satu hal pun untuk dikatakan, dan dari keterkejutan nyata di wajah Harry, dia tak bisa memikirkan apa pun juga.
“Mereka berkata kau bisa melakukan apa pun, tolong, tolong my Lord, keluarkan orangtuaku dari Azkaban, aku akan menjadi pelayan setiamu selamanya, hidupku akan jadi milikmu dan matiku juga, hanya tolongтАУ”
“Lesath,” kata Harry, suaranya pecah, “Lesath, aku tak bisa, aku tak benar-benar bisa melakukan hal-hal seperti itu, itu semua hanya trik-trik bodoh.”
“Itu bukan!” kata Lesath, suaranya tinggi dan putus asa. “Aku melihatnya, cerita-cerita itu benar, kau bisa!”
Harry menelan. “Lesath, aku menyiapkan semuanya dengan Neville, kami merencanakan itu lebih dulu, tanya dia!”
Mereka memang, walau Harry tak mengatakan bagaimana dia akan melakukan yang mana pun dari semuanya тАж .
Ketika Lesath melihat ke atas dari lantai wajahnya mengerikan, dan suaranya keluar dalam jeritan yang menyakiti telinga Neville. “Kau anak darah lumpur! Kau bisa mengeluarkannya, kau cuma tak mau! Aku sudah berlutut dan memohon padamu dan kau masih tak mau menolong! Aku harusnya tahu, kau adalah si Anak Laki- Laki yang Bertahan Hidup, kau berpikir kalau dia layak di sana!”
“Aku tak bisa!” kata Harry, suaranya sama putus asanya dengan Lesath. “Itu bukan pertanyaan atas apa yang kuinginkan, aku tak memiliki kekuatan itu!”
Lesath berdiri, dan meludah ke lantai di depan Harry, dan kemudian berbalik dan berjalan pergi. Ketika dia ada di belokan suara kakinya semakin cepat, dan saat mereka memudar Neville pikir dia mendengar satu isakan.
Dan kemudian mereka berdua.
Neville melihat ke arah Harry.
Harry melihat ke arah Neville.
“Wow,” Neville berkata dengan tenang. “Dia sepertinya tak begitu bersyukur karena diselamatkan.”
“Dia mengira aku bisa menolongnya,” kata Harry, suaranya serak. “Dia memiliki harapan untuk pertama kalinya sejak bertahun-tahun.”
Neville menelan, dan mengatakannya. “Aku minta maaf.”
“Wha?” kata Harry, terdengar benar-benar bingung.
“Aku tak bersyukur ketika kau menolongkuтАУ”
“Semua hal yang kau katakan sebelumnya memang benar,” kata si Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup.
“Tidak,” kata Neville, “itu tidak.”