Granger: 255
Dan tubuh Harry Potter mengambang menjauh, ekspresi terkejut dan ngeri dengan cepat mengendur ke dalam tidur.
“Kalau dipikir lagi,” kata Parvati riang, “buat itu Gryffindor untuk Sunshine.”
Dia mulai tertawa, lebih gembira daripada yang pernah dia rasakan dalam hidupnya, dia akhirnya berhasil membunuh dan menggantikan saudari kembarnya dan dia selalu ingin melakukan hal itu sedari dulu, dan ini adalah sempurna, itu semua sempurnaтАУ
тАУdan kemudian tongkat sihirnya berputar dalam suatu gerakan kilat tepat saat tongkat sihir Zabini berputar untuk mengarah padanya.
“Tunggu!” kata Zabini. “Jangan menembak, jangan melawan. Itu adalah sebuah perintah.”
“Apa?” kata Parvati.
“Maaf,” kata Zabini, terlihat tak benar-benar menyesal, “tapi aku tak bisa benar-benar yakin kau mendukung Sunshine. Jadi aku memerintahkanmu untuk membiarkanku menembakmu.”
“Tunggu dulu!” kata Parvati. “Kita hanya ada di depan Chaos hanya satu poin! Jika kau menembakku saat iniтАУ”
“Aku menembakmu dalam nama Dragon, tentu saja,” kata Zabini, sekarang terdengar sedikit superior. “Hanya karena kita menipu mereka untuk melakukannya, tak berarti itu tak bekerja untuk kita.”
Parvati memandangnya, matanya menyempit. “Jenderal Malfoy berkata kalau ibumu tak menyukai Hermione.”
“Aku kira,” kata Zabini, masih dengan seringai superior itu. “Tapi beberapa dari kita lebih bersedia dibanding Draco Malfoy untuk membuat orangtua jengkel.”
“Dan Harry Potter berkata kalau kau memiliki seorang sepupuтАУ”
“Tidak,” kata Zabini.
Parvati memandangnya, mencoba untuk berpikir, tapi dia tak benar-benar pandai dalam membuat rencana; Zabini berkata kalau rencananya adalah untuk diam-diam menjaga nilai dari Chaos dan Dragon seserupa mungkin sehingga mereka menggunakan nama Sunshine untuk menghukum pengkhianat mereka bukannya kehilangan bahkan satu poin pun, dan itu berhasil тАж tapi тАж dia memliki suatu perasaan kalau dia melewatkan sesuatu, dia bukan seorang Slytherin тАж .
“Kenapa bukan aku yang menembak kamu dalam nama Dragon?” kata Parvati.
“Karena aku berpangkat lebih tinggi darimu,” kata Zabini.
Parvati memiliki perasaan buruk tentang ini.
Dia memandangnya untuk waktu yang lama.
Dan kemudianтАУ
“SomniтАУ” Parvati mulai berkata, dan kemudian sadar kalau dia belum berkata untuk Dragon, dan dengan panik memotong dirinya sendiriтАУ
Granger: 255
“Hey, semuanya,” kata wajah Blaise Zabini dalam layar, terlihat cukup terhibur, “kukira semuanya berakhir padaku.”
Semua di pinggir danau, orang-orang menahan napas mereka.
Sunshine ada di depan Dragon dan Chaos tepat satu poin.
Blaise Zabini bisa menembak dirinya sendiri dalam nama entah Dragon atau Chaos, atau meninggalkan keadaan tetap seperti itu.
Suatu rentetan dentang lonceng yang menandakan bahwa menit-menit terakhir waktu sudah mulai habis.
Dan si Slytherin memberikan senyuman aneh, sinting, dan dengan santai memainkan tongkat sihirnya, kayu gelap yang nyaris terlihat di dalam air yang gelap.
“Kalian tahu,” kata suara Blaise Zabini, dalam nada seseorang yang sudah melatih kata-kata itu untuk beberapa waktu, “ini cuma suatu permainan, sungguh. Dan permainan memang seharusnya jadi menyenangkan. Jadi bagaimana jika aku melakukan apa pun yang aku mau?”
*Chapter 34*: Masalah Koordinasi, Bg 2
Minerva dan Dumbledore bersama-sama sudah menerapkan bakat gabungan mereka untuk memunculkan panggung besar yang mana Quirrell sekarang perlahan tertatih; itu adalah, pada intinya, kayu yang kukuh, tapi pada permukaan luarnya bersinar dengan gemerlapan marmer yang bertatahkan platinum dan bertabur permata dalam warna tiap Asrama. Baik dia ataupun Kepala Sekolah bukanlah Pendiri Hogwarts, tapi sihir itu hanya perlu bertahan beberapa jam. Minerva biasanya menikmati beberapa kesempatan ketika dia memiliki kesempatan untuk melelahkan dirinya sendiri dalam suatu Transfigurasi besar; dia harusnya menikmati banyak kesempatan- kesempatan kecil untuk membuat karya seni, dan suatu ilusi kemewahan; tapi kali ini dia melakukan pekerjaannya dengan perasaan mengerikan dari menggali kuburannya sendiri.
Tapi Minerva merasa sedikit lebih baik sekarang. Ada satu waktu singkat di mana ledakannya mungkin terjadi; tapi Dumbledore sudah berdiri dan bertepuk tangan dengan hangat, dan tak satu pun yang terbukti cukup bodoh untuk melakukan kerusuhan di depan sang Kepala Sekolah.
Dan suasana ledakan mentalnya sudah dengan cepat memudar ke dalam sentimen kolektif yang mana mungkin bisa dideskripsikan oleh frasa: Yang benar saja!
Blaise Zabini menembak dirinya sendiri dalam nama Sunshine, dan nilai terakhir adalah 254 lawan 254 lawan