PERINGATAN
TIDAK BOLEH ADA SIHIR YANG BOLEH DIGUNAKAN PADA KONTESTAN
SELAMA PERMAINAN MASIH BERLANGSUNG
GANGGUAN LEBIH JAUH DALAM PERMAINAN
AKAN DILAPORKAN KEPADA PEJABAT BERWENANG PERMAINAN
Ekspresi keheranan murni dari wajah si Slytherin adalah suatu karya seni. Harry berpikir bahwa dia mungkin mulai menyukai Pengendali Permainan ini.
“Lihat,” kata Harry, “kau mau menganggap ini selesai? Aku pikir keadaan sudah mulai berputar tak terkontrol di sini. Bagaimana kalau kau kembali ke Slytherin dan aku kembali ke Ravenclaw dan kita semua menenangkan diri sedikit, oke?”
“Aku punya ide yang lebih baik,” desis si Slytherin paling besar. “Bagaimana kalau kamu secara tak sengaja mematahkan semua jari-jarimu?”
“Bagaimana dalam nama Merlin kamu akan mengatur kecelakaan yang bisa dipercaya setelah membuat ancaman di depan banyak saksi, kau idiotтАУ”
Si Slytherin peling besar dengan perlahan, sengaja menggapai tangan Harry, dan Harry terpaku di tempat, sebagian dari otaknya yang menyadari umur dan kekuatan si anak lain akhirnya berhasil membuat dirinya terdengar, berteriak, APA YANG SEDANG AKU LAKUKAN?
“Tunggu!” kata salah satu Slytherin lain, suaranya tiba-tiba terdengar panik. “Stop, kau seharusnya tak melakukan itu!”
Si Slytherin paling besar tak menghiraukan dia, memegang tangan kanan Harry di tangan kirinya, dan memegang jari telunjuk Harry di tangan kanannya.
Harry memandang si Slytherin tepat di mata. Sebagian dari Harry berteriak, ini tidak seharusnya terjadi, ini tak diizinkan terjadi, orang dewasa tidak akan membiarkan sesuatu seperti ini benar-benar terjadiтАУ
Perlahan, si Slytherin mulai membengkokkan jari telunjuknya ke belakang.
Dia belum benar-benar mematahkan jariku dan itu di bawahku untuk melakukan sesuatu seperti tersentak sebelum dia mematahkannya. Sampai saat itu, ini cuma usaha lain untuk menimbulkan ketakutan.
“Stop!” kata si Slytherin yang tadi memperingatkannya. “Stop, ini adalah ide yang sangat buruk!”
“Aku juga setuju,” kata suara dingin. Suara seorang wanita yang lebih tua.
Si Slytherin melepaskan tangan Harry dan melompat ke belakang seolah terbakar.
“Profesor Sprout!” jerit salah satu dari Hufflepuff, terdengar sebegitu leganya seseorang yang Harry pernah dengar seumur hidupnya.
Ke dalam wilayah pandang Harry, saat dia berputar, berjalanlah wanita kecil, gemuk, dan pendek dengan rambut kelabu bergelung tak rapi dan berpakaian penuh dengan lumpur. Dia menunjuk jari menuduh pada para Slytherin. “Jelaskan apa ini,” dia berkata. “Apa yang kau lakukan terhadap para Hufflepuffku dan тАж .” dia melihat padanya. “Muridku yang baik, Harry Potter.”
Uh oh. Memang benar, itu adalah kelasNYA yang aku lewatkan pagi ini.
“Dia mengancam untuk membunuh kami!” sembur satu dari para Slytherin, orang yang sama yang meminta menghentikan.
“Apa?” kata Harry kosong. “Aku tak pernah! Kalau aku berniat membunuhmu aku tak akan membuat ancaman publik terlebih dulu!”
Slytherin ketiga tertawa tak tertolong dan kemudian terhenti seketika saat anak yang lain memberinya tatapan mematikan.
Profesor Sprout sudah memakai ekspresi skeptis. “Dan ancaman kematian apa ini, tepatnya?”
“Kutukan Pembunuh! Dia berpura-pura menggunakan Kutukan Pembunuh pada kami!”
Profesor Sprout berputar untuk melihat pada Harry. “Ya, itu ancaman yang cukup mengerikan datang dari anak berumur sebelas. Walau tetap bukan sesuatu yang akan pernah kau mimpikan untuk berpura-pura gunakan, Harry Potter.”
“Aku bahkan tak tahu kata-kata dari Kutukan Pembunuh,” kata Harry secepatnya. “Dan aku tak pernah mengeluarkan tongkat sihirku.”
Sekarang Profesor Sprout memberi Harry pandangan skptis. “Jadi bocah ini melempar dirinya sendiri dengan dua pie kalau begitu.”
“Dia tidak menggunakan tongkatnya!” sembur salah satu dari Hufflepuff muda. “Aku juga tak tahu bagaimana dia melakukannya, dia hanya menjentikkan jarinya dan kemudian muncul pie!”
“Benar,” kata Profesor Sprout setelah satu jeda. Dia mengulurkan tongkat sihirnya sendiri. “Aku tak membutuhkannya, karena kamu memang terlihat sebagai korban di sini, namun apakah kamu keberatan kalau aku memeriksa tongkat sihirmu untuk memastikannya?”
Harry mengeluarkan tongkat sihirnya. “Apa yang akuтАУ”
“Prior Incantato,” kata Sprout. Dia mengerutkan dahi. “Ini aneh, tongkat sihirmu sepertinya belum pernah digunakan sama sekali.”
Harry mengangkat bahu. “Memang belum, sebenarnya, aku baru saja mendapat tongkat sihir dan buku-buku sekolahku beberapa hari lalu.”
Sprout mengangguk. “Kalau begitu kita punya kasus jelas atas sihir tak sengaja dari anak yang merasa terancam. Dan aturan jelas menyatakan kalau kau tidak bertanggung jawab. Dan untuk kau тАж .” dia berbalik pada para Slytherin. Matanya jatuh dengan sengaja pada buku-buku Neville yang berserakan di lantai.