Ada kesunyian panjang selama dia melihat pada kelima Slytherin.
“Tiga poin dari Slytherin, masing-masing,” dia berkata akhirnya. “Dan enam dari dia,” menunjuk pada anak yang tertutup pie. “Jangan pernah kau mencampuri urusan Hufflepuffku lagi, atau muridku Harry Potter juga. Sekarang pergi.”
Dia tak perlu mengulangi kata-katanya; para Slytherin berputar dan melarikan diri dengan cepat.
Nevilla pergi dan mulai mengambil buku-bukunya. Dia sepertinya menangis, tapi hanya sedikit. Itu mungkin dari keterkejutan yang tertunda, atau itu mungkin juga karena anak-anak lain menolongnya.
“Terima kasih banyak, Harry Potter,” kata Profesor Sprout padanya. “Tujuh poin untuk Ravenclaw, satu untuk tiap Hufflepuff yang kamu lindungi. Dan aku tak akan berkata apa-apa lagi.”
Harry berkedip. Dia sepertinya mengharapkan seseuatu yang semacam kalimat ceramah tentang menjaga dirinya dari masalah, dan mungkin teguran keras karena melewatkan kelas pertamanya.
Mungkin dia harusnya masuk Hufflepuff. Sprout itu keren.
“Scourgify,” kata Sprout pada pie yang berserakan di lantai, yang dengan cepat menghilang.
Dan dia pergi, berjalan melewati lorong yang menuju ruang belajar hijau.
“Bagaimana kamu melakukan itu?” desis salah satu anak Hufflepuff sesaat sesudah Sprout pergi.
Harry tersenyum sombong. “Aku bisa membuat apapun yang aku mau terjadi hanya dengan menjentikkan jariku.”
Mata bocah itu melebar. “Benarkah?”
“Tidak,” kata Harry. “tapi kalau kamu menceritakan cerita ini pada semua orang pastikan kamu menceritakan pada Hermione Granger murid tahun pertama Ravenclaw, dia punya satu anekdot yang kamu mungkin anggap menghibur.” Dia benar-benar tak tahu apa yang terjadi, tapi dia tidak akan melewatkan kesempatan untuk menambahkan pada legendanya yang sedang tumbuh. “Oh, dan apa itu maksudnya dengan Kutukan Pembunuh?”
Si anak itu memberinya pandangan aneh. “Kamu benar-benar tak tahu?”
“Kalau aku tahu, aku tak akan bertanya.”
“Kata-kata dari Kutukan Pembunuh adalah,” si bocah menelan ludah, dan suaranya jatuh jadi bisikan, dan dia mengangkat kedua tangannya dari sisinya seolah membuat jelas kalau dia tidak sedang memegang tongkat sihir, “Avada Kedavra.”
Yah, tentu saja itu kata-katanya.
Harry menempatkan ini pada daftarnya yang terus bertambah atas hal-hal yang tak akan pernah dia ceritakan pada Dad, Profesor Michael Verres-Evans. Sudah cukup buruk membicarakan bagaimana kau adalah satu-satunya orang yang selamat dari Kutukan Pembunuh yang menakutkan, tanpa harus mengakui bahwa Kutukan Pembunuh adalah “Abrakadabra.”
“Aku paham,” kata Harry setelah jeda. “Yah, itu adalah kali terakhir aku akan mengatakan itu sebelum menjentikkan jariku.” Walau itu sudah menghasilkan efek yang mungkin berguna secara taktis.
“Kenapa kamuтАУ”
“Dibesarkan oleh Muggle, Muggle menganggap itu sebagai gurauan dan bahwa itu lucu. Serius, itulah yang terjadi. Maaf, tapi bisakah kau mengingatkan aku siapa namamu?”
“Aku Ernie Macmillan,” kata si Hufflepuff. Dia mengulurkan tangannya, dan Harry menjabatnya. “Aku merasa terhormat bertemu denganmu.”
Harry melakukan bungkukan singkat. “Senang bertemu denganmu, lewatkan masalah terhormatnya.”
Kemudian anak-anak lain mengerumuni dia dan ada banjir perkenalan seketika.
Kemudian mereka selesai, Harry menelan ludah. Ini akan jadi sangat sukar. “Um тАж kalau kalian bisa mempersilakan aku тАж aku harus mengatakan sesuatu pada Neville тАУ”
Semua mata berputar pada Neville, yang mengambil langkah mundur, wajahnya terlihat gelisah.
“Aku pikir,” Neville berkata dalam suara kecil, “kau akan berkata kalau aku harusnya lebih beraniтАУ”
“Oh, tidak, bukan itu!” kata Harry dengan cepat. “Tak ada hubungannya dengan itu. Ini cuma, um, sesuatu yang Topi Seleksi katakan padakuтАУ”
Seketika anak-anak yang lain terlihat sangat tertarik, kecuali untuk Neville, yang terlihat lebih gelisah.
Sepertinya ada yang menghalangi tenggorokan Harry. Dia tahu dia harusnya langsung mengeluarkannya, dan itu bagaikan seperti dia sedang menelan bata besar yang tersangkut di tengah-tengah.
Itu bagaikan seperti Harry harus dengan sadar mengambil kontrol bibirnya dan menghasilkan tiap suku kata satu demi satu, tapi dia berhasil membuatnya terjadi. “A, ku, min, ta, ma, af.” Dia membuang napas dan mengambil napas panjang. “Untuk apa yang sudah kulakukan, um, di hari itu. Kau тАж tak harus merasa tak enak tentangnya atau apa, aku mengerti kalau kamu membenciku. Ini bukan tentang aku mencoba terlihat keren dengan meminta maaf atau kamu yang harus menerimanya. Apa yang kulakukan itu salah.”
Ada suatu jeda.
Neville memegang buku-bukunya lebih erat di dadanya. “Kenapa kamu melakukan itu?” katanya dalam suara tipis, ragu-ragu. Dia berkedip seolah berusaha menahan tangis. “Kenapa semua orang melakukan itu padaku, bahkan si Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup?”
Harry tiba-tiba merasa lebih kecil dari yang pernah dia rasakan seumur hidupnya. “Aku minta maaf,” kata Harry lagi, suaranya sekarang berubah serak. “Itu cuma тАж kau terlihat begitu ketakutan, seperti ada tanda di atas kepalamu yang berkata ‘korban’, dan aku ingin menunjukkan bahwa hal-hal tak selalu berubah jadi buruk, dan terkadang para monster akan memberimu cokelat тАж aku kira kalau aku menunjukkanmu itu, kau mungkin menyadari bahwa tak ada hal-hal yang perlu ditakutkanтАУ”