Buku pelajaran tahun kelima ibunya (yang menyimpan suatu rahasia yang sebenarnya cukup mengerikan) mengikuti sesaat setelahnya.
Dan kemudian sisi batin Slytherin Harry membuat saran licik untuk mempermanis dirinya sendiri di mata Kepala Sekolah, yang sayangnya, dilemparkan dengan sempurna dalam cara yang memperoleh dukungan dari mayoritas faksi Ravenclaw.
“Jadi,” kata Harry. “Um. Selagi aku di sini, aku kira kamu ingin memberiku sedikit perkenalan dengan kantormu? Aku sedikit penasaran dengan apa sebenarnya beberapa benda ini,” dan itu adalah understatement Harry untuk bulan September.
Dumbledore menatapnya, dan kemudian mengangguk dengan sedikit seringai. “Aku tersanjung dengan minatmu,” kata Dumbledore, “namun aku takut tidak ada banyak yang bisa dikatakan.” Dumbledore mengambil selangkah lebih dekat dengan dinding dan menunjuk ke arah lukisan laki-laki tertidur. “Ini adalah lukisan-lukisan Kepala Sekolah Hogwarts masa lalu.” Dia berbalik dan menunjuk ke arah mejanya. “Ini adalah mejaku.” Dia menunjuk ke kursinya. “Ini adalah kursikuтАУ”
“Maafkan aku,” kata Harry, “sebenarnya aku ingin tahu tentang yang itu.” Harry menunjuk ke arah kubus kecil yang dengan lembut berbisik “blorple тАж blorple тАж blorple”.
“Oh, benda-benda renik kecil ini?” kata Dumbledore. “Mereka ada bersama kantor Kepala Sekolah dan aku benar-benar tak tahu apa fungsi sebagian besar dari mereka. Walau cakra angka dengan delapan tangan ini menghitung jumlah dari, mari kita sebut hal itu bersin, oleh para penyihir kidal di dalam lingkup Perancis, kau tidak akan percaya seberapa banyak tenaga yang dipakai untuk memaku benda ini. Dan yang satu ini dengan wibbler emas adalah ciptaanku sendiri dan Minerva tidak akan, pernah mengetahui apa yang benda ini lakukan.”
Dumbledore mengambil selangkah ke arah rak topi sementara Harry masih memproses ini. “Di sini tentu saja kita punya Topi Seleksi, aku yakin kalian berdua sudah bertemu. Dia berkata padaku bahwa dalam kondisi apa pun tidak akan pernah diletakkan di atas kepalamu lagi. Kau hanya murid ke empat belas dalam sejarah yang pernah dikatakan olehnya seperti itu, Baba Yaga adalah salah satu yang lain dan aku akan memberitahu dua belas yang lain ketika kamu sudah lebih dewasa. Ini adalah payung. Ini payung yang lain.” Dumbledore mengambil beberapa langkah lagi dan berbalik, sekarang tersenyum cukup lebar. “Dan tentu saja, kebanyakan orang yang datang ke kantorku ingin melihat Fawkes.”
Dumbledore sedang berdiri di sebelah seekor burung di dalam panggung emas.
Harry mendekat, cukup kebingungan. “Ini Fawkes?”
“Fawkes itu seekor phoenix,” kata Dumbledore. “Makhluk magis yang sangat langka, sangat kuat.”
“Ah тАж .” kata Harry. Dia menurunkan kepalanya dan menatap ke dalam mata kecil, bulat hitam, yang menunjukan tidak sedikit pun tanda-tanda kekuatan ataupun kecerdasan.
“Ahhh тАж .” kata Harry lagi.
Dia cukup yakin dia mengenali bentuk dari burung itu. Itu cukup sukar untuk dilewatkan.
“Umm тАж .”
Katakan sesuatu yang cerdas! Pikiran Harry meraung pada dirinya sendiri. Jangan cuma berdiri di sana terdengar seperti orang tolol meracau!
Yah apa yang harus kukatakan? Pikiran Harry melempar balik.
Apa pun!
Maksudmu, apa pun selain “Fawkes itu seekor ayam”тАУ
Ya! Apa pun selain itu!
“Jadi, ah, sihir macam apa yang dilakukan seekor phoenix, kalau begitu?”
“Air mata mereka memiliki kekuatan untuk menyembuhkan,” kata Dumbledore. “Mereka adalah makhluk api, dan bergerak di antara semua tempat semudah api bisa memadamkan dirinya di satu tempat dan tersulut di tempat lain. Tekanan luar biasa dari sihir bawaan mereka membuat badan mereka menua dengan cepat, dan tetap mereka sebegitu dekat dengan abadi dari semua makhluk yang ada di dunia ini, karena kapan pun tubuh mereka rusak mereka mengorbankan diri mereka sendiri dalam suatu ledakan api dan meninggalkan satu tetasan, atau terkadang satu telur.” Dumbledore mendekat dan memeriksa ayam itu, mengerutkan dahi. “Hm тАж sepertinya sedikit pucat di situ, aku rasa.”
Di saat perkataan ini benar-benar meresap di dalam pikiran Harry, ayam itu sudah terbakar.
Paruh ayam itu terbuka, namun tidak sempat untuk bahkan mengeluarkan suara sekalipun sebelum dia mulai mengering dan menjadi arang. Kobaran apinya singkat, kuat, dan benar-benar melingkupi diri; tidak ada aroma terbakar.
Dan kemudian apinya padam hanya dalam hitungan detik setelah itu dimulai, meninggalkan gundukan abu kecil, menyedihkan di atas panggung emas.
“Jangan terlihat sebegitu takut, Harry!” kata Dumbledore. “Fawkes tidak terluka.” Tangan Dumbledore masuk ke dalam kantong, dan kemudian tangan yang sama mengayak apu itu dan mempertontonkan telur kecil kekuningan. “Lihat, ini ada telur!”
“Oh тАж wow тАж luar biasa тАж .”
“Tapi sekarang kita benar-benar harus melanjutkan semuanya,” kata Dumbledore. Meninggalkan telur itu di dalam abu si ayam, dia kembali ke tahtanya dan mendudukkan diri. “Ini hampir waktu makan malam, lagipula, dan kita tidak mau harus memakai Time-Turner kita.”
Ada pergolakan kuasa besar di dalam Pemerintahan Harry. Slytherin dan Hufflepuff sudah berganti sisi setelah melihat sang Kepala Sekolah Hogwarts menyulutkan api pada seekor ayam.
“Ya, semuanya,” kata bibir Harry. “Dan kemudian makan malam.”
Kau terdengar seperti orang tolol meracau lagi Kritisi Internal Harry mengamati.
“Yah,” kata Dumbledore. “Aku takut aku memiliki suatu pengakuan, Harry. Suatu pengakuan dan permintaan maaf.”