Pahami bahwa sang Pangeran Kegelapan tidak menang hari itu. Tujuannya adalah untuk belajar seni bela diri, akan tetapi dia pergi tanpa memperoleh satu pun pelajaran.
Harry memasuki kelas Ramuan dengan maksud untuk belajar Ramuan. Dia pergi tanpa satu pun pelajaran.
Dan Profesor Quirrell sudah mendengar, dan memahami dengan ketepatan yang menakutkan, dan menjangkau dan menarik Harry keluar dari jalur itu, jalur yang menuju pada perubahannya menjadi salinan dari Kau Tahu Siapa.
Ada ketukan di pintu. “Kelas sudah selesai,” kata suara sunyi Profesor Quirrell.
Harry mendekati pintu dan menemukan dirinya seketika gugup. Kemudian tekanan itu berkurang saat dia mendengar langkah kaki Profesor Quirrell menjauh dari pintu.
Apa yang tadi itu? Apakah itu yang akan membuatnya dipecat suatu saat?
Harry membuka pintu, dan melihat bahwa Profesor Quirrell sekarang menunggu sejauh beberapa panjang tubuh.
Apakah Profesor Quirrell merasakannya juga?
Mereka berjalan menyusuri panggung yang sekarang lengang menuju meja Profesor Quirrell, yang merupakan tempat bersandar Profesor Quirrell; dan Harry, sama seperti sebelumnya, berhenti jauh dari mimbar.
“Jadi,” kata Profesor Quirrell. Ada rasa bersahabat tentang dia entah bagaimana, walaupun wajahnya tetap menjaga keseriusannya yang biasa. “Apa yang ingin kau bicarakan denganku, Tn. Potter?”
Aku memiliki sisi gelap misterius. Tapi Harry tak bisa langsung menyemburkannya begitu saja.
“Profesor Quirrell,” kata Harry, “apakah aku sudah keluar dari jalur menuju seorang Pangeran Kegelapan, sekarang?”
Profesor Quirrell melihat ke arah Harry. “Tn. Potter,” katanya dengan sungguh-sungguh, dengan hanya senyum kecil, “sepatah nasihat. Ada yang namanya penampilan yang terlalu sempurna. Manusia sejati yang baru saja dipukuli dan dipermalukan selama lima belas menit tidak berdiri dan dengan anggun memaafkan para musuh mereka. Itu adalah hal-hal yang kau lakukan ketika kau mencoba untuk meyakinkan semua orang kalau kau tidak Gelap, bukanтАУ”
“Aku tak percaya! Kau tak bisa memperoleh tiap kemungkinan observasi memperkuat teorimu!”
“Dan itu tadi sedikit terlalu banyak kemarahan.”
“Apa lagi yang perlu aku lakukan untuk meyakinkanmu?”
“Untuk meyakinkanku kalau kau tak memendam ambisi untuk menjadi seorang Pangeran Kegelapan?” kata Profesor Quirrell, sekarang terlihat terang-terangan terhibur. “Aku kira kau bisa mengangkat tangan kananmu.”
“Apa?” kata Harry kosong. “Tapi aku bisa mengangkat tangan kananku entah iya atau tidak akuтАУ” Harry berhenti, merasa sedikit bodoh.
“Benar,” kata Profesor Quirrell. “Kau bisa dengan sama mudahnya melakukan itu entah iya atau tidak. Tak ada yang bisa kau lakukan untuk meyakinkanku karena aku akan tahu kalau itu adalah hal yang memang kau coba lakukan. Dan kalau kita ingin lebih tepat, maka walau aku kira nyaris mungkin kalau orang yang benar-benar baik memang ada walaupun aku tak pernah bertemu satu pun, meski begitu adalah mustahil kalau seseorang dipukuli selama lima belas menit dan kemudian berdiri dan merasakan suatu luapan besar pengampunan pada para penyerangnya. Di sisi lain adalah tak terlalu mustahil kalau seorang anak muda untuk membayangkan ini sebagai suatu peran untuk dimainkandengan tujuan untuk meyakinkan guru serta para temannya kalau dia bukanlah Pangeran Kegelapan selanjutnya. Nilai penting dari suatu tindakan terletak bukan dengan apa tindakan itu serupa pada permukaannya, Tn. Potter, namun dalam keadaan pikiran yang membuat tindakan itu lebih atau kurang kemungkinan terjadinya.”
Harry berkedip. Dia baru saja mendengar perbedaan kontras antara keterwakilan heuristik dan definisi Bayesian atas bukti dijelaskan padanya oleh seorang penyihir.
“Namun meski begitu,” kata Profesor Quirrell, “siapapun bisa saja ingin membuat teman-temannya kagum. Itu tak perlu jadi Gelap. Jadi tanpa membuatnya menjadi pengakuan apa pun, Tn. Potter, beritahu aku sejujurnya. Pikiran apa yang ada dalam benakmu di saat kau melarang balas dendam apa pun? Apakah pikiran itu adalah impuls mengampuni sejati? Ataukah itu suatu kesadaran atas bagaimana para teman sekelasmu dalam menyaksikan tindakan itu?”
Terkadang kita membuat lagu phoenix kita sendiri.
Tapi Harry tak mengatakannya keras-keras. Sudah jelas kalau Profesor Quirrell tak akan mempercayainya, dan mungkin akan kurang menghargainya karena mencoba mengucapkan kebohongan yang sebegitu transparan.
Setelah beberapa saat sunyi. Profesor Quirrell tersenyum dalam kepuasan. “Percaya atau tidak, Tn. Potter,” kata sang profesor, “kau tak perlu takut atas aku yang sudah mengetahui rahasiamu. Aku tak akan menyuruhmu berhenti dari menjadi Pangeran Kegelapan selanjutnya. Jika aku bisa memutar kembali waktu dan entah bagaimana menghapus ambisi itu dari pikiran diri mudaku, diriku di saat ini tak akan memperoleh manfaat dari perubahan itu. Karena selama aku berpikir kalau itulah tujuanku, itu memacuku untuk belajar dan memperbaiki diri dan menjadi lebih kuat. Kita menjadi apa yang sudah jadi takdir kita dengan mengikuti keinginan kita ke mana pun arah mereka. Itulah wawasan Salazar. Minta padaku untuk menunjukkanmu bagian perpustakaan yang menyimpan buku-buku yang dulu aku baca ketika berumur tiga belas tahun, dan aku akan dengan senang hati menunjukkan jalannya.”
“Demi omong kosong,” kata Harry, dan duduk di lantai marmer, dan kemudian berbaring di lantai itu, memandang ke atas pada langit-langit melengkung yang jauh. Itu adalah hal paling dekat yang bisa dia lakukan dari terjatuh dalam keputusasaan tanpa melukai dirinya sendiri.
“Masih terlalu banyak kemarahan,” Profesor Quirrell mengobservasi. Harry tak melihat tapi dia bisa mendengar tawa tertahan dalam suara itu.
Kemudian Harry sadar.
“Sebenarnya, Aku pikir aku tahu apa yang membingungkanmu di sini,” kata Harry. “Itulah apa yang ingin kubicarakan denganmu, sebenarnya. Profesor Quirrell, aku pikir kalau apa yang kau lihat adalah sisi gelap