“Tidak,” kata Profesor Quirrell. Jemarinya menggosok batang hidungnya. “Aku pikir bukan itu yang aku coba katakan. Tn. Potter, pada akhirnya semua orang melakukan apa yang mereka ingin lakukan. Terkadang orang- orang memberi nama-nama seperti ‘benar’ pada hal-hal yang mereka ingin lakukan, tapi bagaimana mungkin kita bisa bertindak atas sesuatu selain keinginan kita sendiri?”
“Yah, yang jelas,” kata Harry. “Aku tak bisa bertindak atas anggapan moral kalau anggapan itu tak memiliki kekuatan untuk menggerakkanku. Namun itu tak berarti keinginanku untuk menyakiti para Slytherin memiliki kekuatan untuk menggerakkanku lebih dari anggapan moral!”
Profesor Quirrell berkedip.
“Dan lagi,” kata Harry, “menjadi seorang Pangeran Kegelapan artinya adalah banyak orang-orang tak bersalah akan tersakiti juga!”
“Apa pentingnya hal itu untukmu?” kata Profesor Quirrell. “Apa yang sudah mereka lakukan untukmu?”
Harry tertawa. “Oh, sekarang itu adalah kurang lebih seterselubung Atlas Shrugged.”
“Maafkan aku?” kata Profesor Quirrell lagi.
“Itu adalah satu buku yang orangtuaku tak izinkan untuk aku baca karena mereka pikir kalau itu akan merusakku, jadi tentu saja aku tetap membacanya dan aku tersinggung karena mereka pikir aku akan termakan perangkap-perangkap yang sebegitu jelas. Blah blah blah, menarik rasa superioritasku, orang lain hanya berusaha memperlambatku, blah blah blah.”
“Jadi menurutmu aku perlu membuat jebakanku lebih tersembunyi?” kata Profesor Quirrell. Dia mengetuk satu jari di pipinya, terlihat merenung. “Aku bisa mengusahakannya.”
Mereka berdua tertawa.
“Namun untuk tetap dengan pertanyaan saat ini,” kata Profesor Quirrell, “apa yang sudah semua orang lain ini lakukan untukmu?”
“Orang lain sudah melakukan banyak untukku!” kata Harry. “Orangtuaku mengasuhku ketika orangtuaku meninggal karena mereka adalah orang baik, dan untuk menjadi seorang Pangeran Kegelapan adalah mengkhianati hal itu!”
Profesor Quirrell diam untuk sesaat.
“Kuakui,” kata Profesor Quirrell sunyi, “ketika aku seumurmu, pikiran itu tak mungkin terlintas di benakku.”
“Aku minta maaf,” kata Harry.
“Jangan,” kata Profesor Quirrell. “Itu sudah jauh di masa lalu, dan aku menyelesaikan masalah orangtuaku menurut kepuasanku sendiri. Jadi kau ditahan oleh pikiran atas ketidaksetujuan orangtuamu? Apakah itu artinya kalau mereka meninggal dalam kecelakaan, tidak ada hal yang akan menghentikanmu dariтАУ”
“Tidak,” kata Harry. “Hanya tidak. Adalah impuls untuk kebaikan milik merekalah yang sudah melingkupiku. Impuls itu tak hanya di dalam orangtuaku. Dan impuls itulah yang akan dikhianati.”
“Dalam hal apa pun, Tn. Potter, kau belum menjawab pertanyaan awalku,” kata Profesor Quirrell akhirnya. “Apa yang jadi ambisimu?”
“Oh,” kata Harry. “Um тАж .” Dia menata pikirannya. “Untuk memahami semua yang penting yang bisa diketahui tentang alam semesta, menerapkan pengetahuan itu untuk menjadi mahakuasa, dan memakai kekuatan itu untuk menulis ulang realita karena aku memiliki beberapa keberatan tentang cara kerjanya sekarang.”
Ada jeda sesaat.
“Maafkan aku kalau ini memang pertanyaan bodoh, Tn. Potter,” kata Profesor Quirrell, “tapi apa kau yakin kau tadi tidak sekadar mengakui ingin menjadi seorang Pangeran Kegelapan?”
“Itu hanya kalau kau memakai kekuatanmu untuk kejahatan,” Harry menjelaskan. “Kalau kau memakai kekuatan itu untuk kebaikan, kau adalah Pangeran Cahaya.”
“Aku paham,” kata Profesor Quirrell. Dia mengetuk pipinya yang lain dengan satu jari. “Aku kira aku bisa bekerjasama dengan itu. Tapi Tn. Potter, walau lingkup ambisimu adalah cukup layak untuk Salazar sendiri, bagaimana tepatnya usulanmu untuk mengejarnya? Apakah langkah pertama adalah menjadi penyihir petarung besar, atau Kepala Tak Terkatakan, atau Menteri Sihir, atauтАУ”
“Langkah pertama adalah menjadi seorang ilmuwan.”
Profesor Quirrell memandang ke arah Harry seolah dia baru saja berubah menjadi seekor kucing.
“Seorang ilmuwan,” kata Profesor Quirrell setelah beberapa saat.
Harry mengangguk.
“Seorang ilmuwan?” Profesor Quirrell mengulangi.
“Ya, kata Harry. “Aku akan mencapai tujuanku menggunakan kekuatan тАж Sains!”
“Seorang ilmuwan!” kata Profesor Quirrell. Ada kemarahan murni di wajahnya, dan suaranya menjadi lebih kuat dan tajam. “Kau bisa jadi yang terbaik dari seluruh muridku! Penyihir petarung terbesar yang keluar dari Hogwarts dalam lima dekade! Aku tak bisa membayangkanmu membuang hari-harimu di dalam mantel lab putih melakukan hal tak berguna pada tikus!”
“Hey!” kata Harry. “Ada lebih banyak hal dalam sains selain itu! Bukan berarti ada yang salah dengan bereksperimen pada tikus, tentu saja. Tapi sains adalah bagaimana kau melakukan pemahaman dan pengendalian alam semestaтАУ”
“Bodoh,” kata Profesor Quirrell, dalam suara dengan intensitas sunyi, pahit. “Kau bodoh, Harry Potter.” Dia mengusap satu tangan ke wajahnya, dan ketika tangan itu turun, wajahnya sudah lebih tenang. “Atau lebih mungkin lagi kalau kau belum menemukan ambisi sejatimu. Boleh aku usulkan dengan sangat untukmu menjadi seorang Pangeran Kegelapan sebagai gantinya? Aku akan melakukan apa pun yang aku bisa sebagai wujud pelayanan publik.”
“Kau tak menyukai sains,” kata Harry perlahan. “Kenapa tidak?”