Cahaya dari lorong menghilang saat pintu diayun dan tertutup di belakangnya, dan mata Draco memulai proses penyesuaian pada cahaya redup.
Sosok siluet itu perlahan berbalik menghadapnya, mengungkapkan wajah berbayangan yang hanya tersinari sebagian oleh cahaya aneh hijau.
Draco sudah mulai menyukai pertemuan ini. Tetap pakai cahaya dingin hijau, buat mereka berdua lebih tinggi, beri mereka kerudung dan topeng, pindahkan mereka dari ruang kelas ke pemakaman, dan itu sudah sama seperti awalan dari setengah kisah-kisah yang teman ayahnya ceritakan tentang Pelahap Maut.
“Aku ingin kau tahu, Draco Malfoy,” kata sosok siluet itu dalam ketenangan mematikan, “kalau aku tak menyalahkanmu atas kekalahanku baru-baru ini.”
Draco membuka mulutnya dalam protes tanpa berpikir, tak ada kemungkinan alasan kenapa dia harus disalahkanтАУ
“Itu adalah diakibatkan, lebih dari yang lain, karena kebodohanku sendiri,” lanjut sosok berbayangan itu. “Ada banyak hal lain yang bisa kulakukan, di tiap langkah selama perjalanannya. Kau tidak memintaku untuk melakukan tepat seperti yang kulakukan. Kau hanya meminta bantuanku. Akulah yang dengan tak bijak memilih metode itu. Tapi faktanya tetap bahwa aku kalah dalam kontes hanya dalam setengah buku. Tindakan dari idiot peliharaanmu, membuatku kehilangan waktu. Lebih dari yang kau tahu. Waktu yang, pada akhirnya, terbukti kritis. Faktanya tetap, Draco Malfoy, bahwa jika kau tak meminta bantuan itu, aku akan menang. Dan bukannya тАж malah тАж kalah.”
Draco sudah mendengar tentang kekalahan Harry, dan denda yang Granger sudah minta darinya. Beritanya menyebar lebih cepat dari yang bisa dibawa oleh burung hantu.
“Aku mengerti,” kata Draco. “Aku minta maaf.” Tak ada lagi yang bisa dia katakan kalau dia ingin Harry Potter menjadi temannya.
“Aku tak meminta pemahamanmu atau penyesalanmu,” kata siluet gelap itu, masih dengan ketenangan mematikan. “Namun aku baru saja menghabiskan dua jam penuh dalam kehadiran Hermione Granger, berpakaian memakai pakaian yang harus kusediakan, mengunjungi tempat-tempat mengagumkan di Hogwarts seperti air terjun kecil yang terlihat seperti ingus, ditemani sejumlah gadis-gadis lain yang bersikeras atas aktivitas seperti menaburkan kelopak mawar hasil Transfigurasi di sepanjang jalan kami. Aku baru saja menjalani suatu kencan, keturunan Malfoy. Kencan pertamaku. Dan ketika aku mengatakan kalau sudah waktunya balas budi itu dibayar, kau akan membayarnya.”
Draco mengangguk dengan khidmat. Sebelum sampai ke tempat itu dia sudah mengambil persiapan bijak dengan mencari tahu setiap detail yang bisa diketahui dari kencan Harry, supaya dia bisa menyelesaikan tawa histerisnya sebelum waktu perjanjian, dan tidak melakukan suatu faux pas dengan tertawa terus-menerus sampai hilang kesadaran.
“Apa kau berpikir,” kata Draco, “kalau sesuatu yang menyedihkan harus terjadi pada gadis GrangerтАУ”
“Sebarkan perkataan dalam Slytherin kalau si gadis Granger adalah milikku dan siapapun yang ikut campur dalam urusanku mayat mereka akan kusebarkan dalam wilayah yang cukup luas untuk mencakup dua belas bahasa lisan berbeda. Dan karena aku bukan Gryffindor dan aku menggunakan kelicikan bukannya serangan langsung seketika, mereka tak perlu panik jika aku terlihat tersenyum padanya.”
“Atau kalau kau terlihat dalam kencan kedua?” kata Draco, membiarkan sedikit saja nada skeptis dalam suaranya.
“Tidak akan ada kencan kedua,” kata siluet yang diterangi pendar hijau dalam suara sebegitu menakutkan hingga itu terdengar, bukan hanya seperti seorang Pelahap Maut, namun seperti Amycus Carrow di satu waktu itu tepat sebelum Ayah menyuruh menghentikannya, dia bukanlah sang Pangeran Kegelapan.
Tentu saja itu adalah masih merupakan suara tinggi anak kecil yang belum berubah dan ketika kau gabungkan itu dengan kata-kata sebenarnya, yah, efeknya jauh berbeda. Jika Harry Potter memang suatu saat menjadi Pangeran Kegelapan selanjutnya, Draco akan memakai satu Pensieve untuk menyimpan salinan dari ingatan ini di suatu tempat yang aman, dan Harry Potter tak akan berani mengkhianatinya.
“Tapi mari kita bicara tentang masalah yang lebih menyenangkan,” kata sosok berbayangan-hijau itu. “Mari kita bicara tentang pengetahuan dan kekuatan. Draco Malfoy, mari kita bicara tentang Sains.”
“Ya,” kata Draco. “Mari kita bicarakan.”
Draco bertanya-tanya seberapa banyak dari wajahnya yang bisa terlihat, dan seberapa banyak yang ada dalam bayangan, dalam pendar hijau menakutkan itu.
Dan walau Draco menjaga wajahnya tetap serius, ada senyuman dalam hatinya.
Dia akhirnya merasakan percakapan dewasa yang sebenarnya.
“Aku tawarkan padamu kekuatan,” kata si sosok berbayangan, “dan aku akan katakan padamu tentang kekuatan itu dan juga harganya. Kekuatan yang datang dari mengetahui bentuk dari realita dan dengan demikian memperoleh kendali atasnya. Apa yang kamu pahami, bisa kamu kendalikan, dan itu adalah kekuatan yang cukup untuk berjalan di Bulan. Harga dari kekuatan itu adalah bahwa kamu harus belajar untuk menanyakan pertanyaan tentang Alam, dan jauh lebih sukar, menerima jawaban Alam. Kamu akan melakukan percobaan, melakukan pengujian dan melihat apa yang terjadi. Dan kamu harus menerima arti dari hasil-hasil itu ketika mereka mengatakan kalau kamu salah. Kamu akan harus belajar bagaimana caranya kalah, bukan padaku, tapi kepada Alam. Ketika kamu menemukan dirimu berdebat dengan realita, kamu harus membiarkan realita menang. Kamu akan menemukan ini menyakitkan, Draco Malfoy, dan aku tak tahu apakah kamu kuat dalam hal ini. Mengetahui harga yang harus dibayar, apakah masih merupakan keinginanmu untuk belajar kekuatan manusia?”
Draco mengambil napas panjang. Dia sudah memikirkan tentang ini. Dan sangat sukar melihat bagaimana dia bisa menjawab pertanyaan ini dengan cara yang lain. Dia sudah diperintahkan untuk mengambil tiap kesempatan persahabatan dengan Harry Potter. Itu hanya belajar, dia tidak menjanjikan untuk melakukan apa pun. Dia selalu bisa menghentikan pelajarannya kapan pun тАж .
Memang jelas ada sejumlah hal tentang situasi ini yang membuatnya terlihat seperti perangkap, tapi dalam perasaan yang sesungguhnya, Draco tak bisa melihat bagaimana ini bisa berubah jelek.
Tambah lagi Draco sedikit banyak memang ingin menguasai dunia.
“Ya,” kata Draco.
“Sempurna,” kata si sosok berbayangan. “Aku sudah mengalami suatu minggu padat, dan akan butuh waktu